BAB 6

(DINAMIKA ATMOSFER DAN DAMPAKNYATERHADAP KEHIDUPAN)

 

Atmosfer ialah lapisan gas dengan ketebalan ribuan kilometer yang terdiri atas beberapa lapisan dan berfungsi melindungi bumi dari radiasi dan pecahan planet lain (meteor). Meteorologi adalah ilmu yang mempelajari atmosfer yang menekankan pada lapisan udara yang menyelubungi bumi. Beberapa hal pokok yang dipelajari dalam meteorologi di antaranya adalah angin, awan, cuaca, guntur, gejala cahaya, endapan air di udara, serta suhu dan tekanan udara.

Dua bagian utama atmosfer

Dua bagian utama yang dipelajari di atmosfer sebagai berikut.
1.     Bagian atmosfer atas,
Bagian atmosfer atas, yang dimonitor dengan menggunakan balon yang dilengkapi dengan meterogram (alat pencatat temperatur, tekanan, dan basah udara), juga balon yang dipasangi alat berupa radio sonde yang dapat memancarkan hasil penyelidikan mengenai temperatur, tekanan, dan lengas udara ke permukaan bumi.
2.     Bagian atmosfer bawah,
Bagian atmosfer bawah, yang dimonitor dengan beberapa alat pencatat secara langsung dengan menggunakan termometer, anemometer, altimeter, barometer, dan alat lainnya.

Atmosfer dan Lapisannya

Lapisan atmosfer terdiri atas enam bagian sebagai berikut.
1.     Troposfer berada pada 0–12 Km dari muka bumi
Fenomena dan peristiwa cuaca, seperti angin, hujan, awan, halilintar, dan lain-lain terjadi pada lapisan ini sehingga lapisan ini sangat besar pengaruhnya bagi kelangsungan hidup di bumi yang langsung berinteraksi.
Troposfer terdiri atas:
1.     lapisan planet air, pada ketinggian 0–1 Km,
2.     lapisan konveksi, pada ketinggian 1–8 Km, dan
3.     lapisan tropopause, pada ketinggian 8–12 Km.
Lapisan pembatas antara lapisan troposfer dengan stratosfer disebut tropopause, merupakan temperatur yang relatif konstan.
Pada lapisan tropopause aktivitas udara secara konveksi akan terhenti.
Lapisan troposfer di kutub setinggi ± 8 Km dengan suhu ± –46°C, di daerah sedang setinggi ± 11 Km suhu dengan ± –50°C, dan di daerah ekuator setinggi ± 16 Km dengan suhu ± –50°C.
Temperatur troposfer relatif tidak konstan yang berarti semakin tinggi posisinya akan semakin rendah temperaturnya.
2.     Stratosfer, berada pada 12–60 Km dari muka bumi
Stratosfer terdiri atas:
1.     lapisan isoterm,
2.     lapisan panas, dan
3.     lapisan campuran teratas.
Pada ketinggian 35 Km terbentuk ozon (O3) di stratosfer, dan perbedaan ketinggian pada lapisan ini akan menyebabkan perbedaan temperatur.
Lapisan peralihan antara stratosfer dan mesosfer disebut stratopause, yang temperaturnya relatif konstan.
Daerah stratopause di ketinggian 50 Km suhu mencapai 5°C.
Lapisan ozon (O3) adalah lapisan yang melindungi troposfer dan permukaan bumi dari radiasi sinar ultraviolet yang berlebihan sehingga tidak merusak kehidupan di bumi.
3.     Mesosfer, berada pada 60–80 Km dari muka bumi
Mesosfer berfungsi sebagai lapisan pelindung bumi dari kejatuhan meteor. Meteor yang menuju bumi akan terbakar dan hancur sebelum sampai di permukaan bumi.
Temperatur berkisar antara –50°C sampai 70°C.
Mesosfer terletak di antara lapisan stratopause dan mesopause. Lapisan peralihan antara mesosfer dengan stratosfer disebut mesopause.
4.     Termosfer, berada 80–100 Km dari muka bumi
Sebagian molekul dan atom-atom udara mengalami ionisasi pada lapisan ini. Peristiwa penambahan dan pengurangan elektron menghasilkan cahaya yang berwarna-warni, cahaya ini sering terjadi di kutub utara dan selatan yang disebut aurora.
Temperatur termosfer berkisar antara 40°C sampai 1.232°C.
5.     Ionosfer, berada 100–800 Km dari muka bumi
Seluruh atom dan molekul udara mengalami ionisasi di dalam lapisan ini.
Daerah ionosfer berkisar mengandung muatan listrik.
Terdapat tiga lapisan pada ionosfer, yaitu:
1.     lapisan Kennelly Heavyside (lapisan E), pada ketinggian antara 100–200 Km;
2.     lapisan Appleton (lapisan F), pada ketinggian 200–400 Km;
3.     gelombang radio mengalami pemantulan (gelombang panjang dan pendek) pada kedua lapisan di atas;
4.     lapisan atom, berada pada ketinggian 400–800 Km.
5.     Eksosfer, berada pada lebih dari 800 Km–3.260 Km dari muka bumi
Eksosfer merupakan lapisan atmosfer yang paling luar (jauh) dari bumi.
Pada lapisan inilah meteor mulai berinteraksi dengan susunan gas atmosfer bumi.
Pengaruh gaya berat dan gravitasi bumi pada lapisan ini sangat kecil.

Penyelidikan Atmosfer dan Kegunaannya

Penyelidikan atmosfer mempunyai beberapa fungsi utama, antara lain, sebagai berikut:
1.     sebagai pedoman dalam membuat ramalan cuaca (prakiraan cuaca) jangka pendek ataupun jangka panjang. Ramalan cuaca sangat penting bagi kepentingan pertanian, penerbangan, pelayaran, peternakan, dan lain-lain;
2.     sebagai dasar untuk menyelidiki syarat-syarat hidup dan ada tidaknya kemungkinan hidup di lapisan udara bagian atas;
3.     sebagai pedoman untuk mengetahui kemungkinan-kemungkinan dilakukannya hujan buatan di suatu wilayah tertentu;
4.     untuk mengetahui sebab-sebab gangguan yang terjadi pada gelombang radio, televisi, dan menemukan cara untuk memperbaiki hubungan melalui udara. Penyelidikan atmosfer tersebut bertempat di stasiun meteorologi atau observatorium meteorologi.

Unsur-unsur Cuaca dan Iklim

Iklim adalah rata-rata cuaca pada suatu wilayah yang luas dan dalam waktu yang lama (lebih kurang selama 30 tahun), sedangkan cuaca adalah kondisi atmosfer pada suatu tempat yang tidak luas pada waktu yang relatif singkat. Dalam pengertian yang lebih singkat cuaca ialah keadaan udara pada saat tertentu di suatu tempat. Cuaca mempunyai jangkauan waktu 24 jam dan jika lebih merupakan prakiraan cuaca. Keadaan atmosfer dapat diamati setiap hari. Misalnya, pada hari berawan, hari hujan, angin kencang, dan sebagainya.
Dengan pengamatan pada Unsur-unsur cuaca, dapat dilakukan perkiraan cuaca pada waktu dan lokasi tertentu. Untuk itu, sangatlah penting dilakukan pengamatan dan penelitian mengenai cuaca, iklim, dan Unsur-unsur pembentuknya.
Matahari adalah sumber panas bagi bumi. Walaupun bumi sudah memiliki panas sendiri yang berasal dari dalam, panas bumi lebih kecil artinya dibandingkan dengan panas matahari. Panas matahari mencapai 60 gram kalori/cm2, tiap jam, sedangkan panas bumi hanya mencapai 55 gram/cm2 tiap tahunnya. Besarnya sinar matahari yang mencapai bumi hanya sekitar 43% dari keseluruhan sinar yang menuju bumi dan >50% lainnya dipantulkan kembali ke angkasa.
Panas bumi sangat tergantung kepada banyaknya panas yang berasal dari matahari ke bumi. Perbedaan temperatur di bumi dipengaruhi oleh letak lintang dan bentuk keadaan alamnya. Indonesia termasuk wilayah beriklim tropis karena terletak pada lintang antara 6°08′ LU dan 11°15′ LS, ini terbukti di seluruh wilayah Indonesia menerima rata-rata waktu penyinaran matahari cukup banyak. Panas matahari yang sampai ke permukaan bumi sebagian dipantulkan kembali, sebagian lagi diserap oleh udara, awan, dan segala sesuatu di permukaan bumi. Banyak sedikitnya sinar matahari yang diterima oleh bumi dipengaruhi oleh beberapa faktor, sebagai berikut.
1.     Lama penyinaran matahari, semakin lama penyinaran semakin tinggi pula temperaturnya.
2.     Tinggi rendah tempat, semakin tinggi tempat semakin kecil (rendah) temperaturnya.
3.     Sudut datang sinar matahari, semakin tegak arah sinar matahari (siang hari) akan semakin panas. Tempat yang dipanasi sinar matahari yang datangnya miring (pagi dan sore hari) lebih luas daripada yang tegak (siang hari).
4.     Keadaan tanah, yaitu tanah yang kasar teksturnya dan berwarna hitam akan banyak menyerap panas dan tanah yang licin (halus teksturnya) dan berwarna putih akan banyak memantulkan panas.
5.     Angin dan arus laut, adanya angin dan arus laut yang berasal dari daerah dingin akan mendinginkan daerah yang dilaluinya.
6.     Keadaan udara, banyaknya kandungan awan (uap air) dan gas arang, akan mengurangi panas yang terjadi.
7.     Sifat permukaan, daratan lebih cepat menyerap dan menerima panas daripada lautan.
Panas matahari yang sampai ke permukaan bumi akan berangsur memanasi udara di sekitarnya. Pemanasan terhadap udara melalui beberapa cara, yaitu turbulensi, konveksi, kondensasi, dan adveksi.
Turbulensi ialah penyebaran panas secara berputar-putar dan penyebaran panasnya menyebabkan udara yang sudah panas bercampur dengan udara yang belum panas.
Konveksi ialah pemanasan secara vertikal dan penyebaran panasnya terjadi akibat adanya gerakan udara secara vertikal, sehingga udara di atas yang belum panas ini menjadi panas karena pengaruh udara bawahnya yang sudah terlebih dahulu panas.
Konduksi ialah pemanasan secara kontak langsung atau bersinggungan langsung. Pemanasan
ini terjadi karena molekul-molekul udara yang dekat dengan permukaan bumi akan menjadi panas setelah bersinggungan dengan bumi yang memiliki panas dari dalam.
Adveksi ialah penyebaran panas secara horizontal yang mengakibatkan perubahan fisik udara di sekitarnya, yaitu udara menjadi panas.
Letak astronomis Indonesia berada pada 94°45′ BT – 141°05′ BT dan 6°08’LU – 11°15′ LS serta dilalui oleh garis khatulistiwa sehingga sangat memengaruhi keadaan suhu udara rata-rata setiap hari sepanjang tahunnya. Posisi Indonesia yang terletak pada daerah lintang rendah menyebabkan suhu rata-rata tahunan yang tinggi, yaitu kurang lebih kurang lebih 26°C.
Perbedaan suhu juga dipengaruhi oleh ketinggian suatu daerah dari permukaan laut, semakin tinggi suatu tempat, semakin rendah suhunya. Perbedaan suhu ini memengaruhi habitat beragam jenis tanaman yang tumbuh di dalamnya. Wilayah Indonesia merupakan kepulauan sehingga luas wilayah perairan sangat luas, hal ini sangat memengaruhi kondisi suhu di wilayahnya. Karena kondisi tersebut menimbulkan tidak terjadinya perbedaan suhu yang besar antara suhu maksimum dan suhu minimum tahunannya.
Perubahan suhu di Indonesia terjadi karena faktor-faktor seperti berikut ini:
1.     adanya perbedaan suhu siang dan malam; suhu maksimum terjadi pada siang hari sekitar pukul 13.00–14.00, sedangkan suhu minimum terjadi saat menjelang pagi lebih kurang pukul 04.30;
2.     adanya perbedaan tinggi tempat dari permukaan laut, setiap kenaikan 100 m suhunya turun lebih kurang 0,5°C.

Unsur-unsur Cuaca

Komponen cuaca antara lain terdiri atas temperatur udara, tekanan udara, curah hujan, angin, awan, kelembapan udara, dan curah hujan.

1.      Suhu atau Temperatur Udara

Panas bumi bersumber dari matahari. Tingkat dan derajat panas matahari diukur dengan menggunakan alat termometer. Suhu udara di bumi semakin naik ke atmosfer semakin turun, dengan teori setiap kita naik 100 m suhu akan turun 1°C (udara dalam keadaan kering). Secara horizontal, suhu di berbagai tempat di permukaan bumi tidak sama. Dengan menggunakan peta isoterm perbandingan suhu satu tempat dengan tempat yang lain akan mudah dilihat. Garis isoterm adalah garis yang menghubungkan tempat-tempat dengan suhu rata-rata yang sama. Perubahan suhu sepanjang hari dapat diketahui dengan melihat catatan suhu pada termograf dan termometer. Suhu tertinggi biasa terjadi pada pukul satu atau dua siang, sedangkan suhu terendah biasa terjadi pukul empat atau lima pagi. Dari rata-rata derajat panas sepanjang harinya didapatkan suhu harian.
Dalam satu bulan terdapat catatan suhu harian yang tidak sama setiap harinya. Dari catatan suhu harian selama satu bulan kemudian diambil rata-rata dan dihasilkan suhu bulanan. Suhu bulanan juga tidak sama setiap bulannya. Daerah dengan topografi rendah relatif lebih panas dibandingkan daerah berbukit dan pegunungan. Daerah khatulistiwa yang bersifat tropis lebih panas dibanding daerah subtropis dan kutub.

2.      Tekanan Udara

Permukaan bumi ini secara langsung ditekan oleh udara karena udara memiliki massa. Karena udara adalah benda gas yang menyelubungi bumi dan mempunyai massa, akan terjadi peristiwa di bawah ini.
1.     Massa udara menumpuk di permukaan bumi dan udara di atas menindih udara di bawahnya, tekanan ini dinamakan tekanan udara.
2.     Massa udara dipengaruhi oleh gaya gravitasi bumi. Hal ini menyebabkan semakin dekat dengan bumi udara semakin mampat dan semakin ke atas semakin renggang. Akibatnya, semakin dekat dengan bumi tekanan udara semakin besar dan sebaliknya.
3.     Massa udara jika mendapatkan panas akan memuai dan jika mendapatkan dingin akan menyusut.
Tekanan udara dapat diukur dengan menggunakan barometer. Toricelli pada tahun 1643 menciptakan barometer air raksa. Karena barometer air raksa tidak mudah dibawa ke mana-mana, dapat menggunakan barometer aneroid sebagai penggantinya. Tekanan udara akan berbanding terbalik dengan ketinggian suatu tempat sehingga semakin tinggi tempat dari permukaan laut semakin rendah tekanan udaranya. Kondisi ini karena makin tinggi tempat akan makin berkurang udara yang menekannya. Satuan hitung tekanan udara adalah milibar, sedangkan garis pada peta yang menghubungkan tempat-tempat dengan tekanan udara yang sama disebut isobar.
Ketinggian suatu tempat dari permukaan laut juga dapat diukur dengan menggunakan barometer. Kenaikan 10 m suatu tempat akan menurunkan permukaan air raksa dalam tabung sebesar 1 mm. Dalam satuan milibar (mb), setiap kenaikan 8 m pada lapisan atmosfer bawah, tekanan udara turun 1 mb, sedangkan pada atmosfer atas dengan kenaikan > 8 m tekanan udara akan turun 1 mb. Barometer aneroid sebagai alat pengukur ketinggian tempat dinamakan juga altimeter yang biasa digunakan untuk mengukur ketinggian kapal udara yang sedang terbang.

3.      Kelembaban Udara

Kelembapan udara dapat dibedakan menjadi dua yaitu: kelembapan mutlak dan kelembapan nisbi. Kelembapan mutlak (absolut) ialah jumlah massa uap air yang ada dalam suatu satuan volume di udara. Kelembapan nisbi (relatif) ialah banyaknya uap air di dalam udara berupa perbandingan antara jumlah uap air yang ada dalam udara saat pengukuran dan jumlah uap air maksimum yang dapat ditampung oleh udara tersebut.
Angka-angka persentase tersebut menunjukkan bahwa jika suhu udara naik, kelembapan relatifnya berkurang. Oleh sebab itu, nilai kelembapan relatif tertinggi terjadi pada pagi hari dan nilai terendah terjadi pada sore hari. Alat yang digunakan untuk mengukur kelembapan nisbi adalah higrometer rambut. Higrometer yang mencatat kelengkapan data secara geometris disebut higrograf.

4.      Angin

Perbedaan tekanan udara di satu tempat dengan tempat yang lain menimbulkan aliran udara. Pada dasarnya angin terjadi disebabkan oleh perbedaan penyinaran matahari pada tempat-tempat yang berlainan di muka bumi. Perbedaan temperatur menyebabkan perbedaan tekanan udara. Aliran udara berlangsung dari tempat dengan tekanan udara tinggi ke tempat dengan tekanan udara yang lebih rendah. Udara yang bergerak inilah yang disebut angin.
Arah angin dapat diketahui dengan menggunakan beberapa cara, salah satunya adalah dengan menggunakan bendera angin. Arah angin juga dapat diketahui dengan menggunakan baling-baling angin. Pada saat ini telah ditemukan alat yang mampu mengukur arah dan kecepatan angin secara bersamaan. Arah angin biasanya dinyatakan dalam derajat, 360° atau 0° berarti angin utara; 90° angin timur; 180° angin selatan; dan 270° angin barat. Kecepatan angin dapat diukur dengan menggunakan alat yang disebut anemometer. Biasanya digunakan anemometer mangkuk, yang terdiri atas bagian inti berupa tiga sampai empat mangkuk yang dapat berputar pada sumbu tegak lurus. Mangkuk-mangkuk tersebut akan berputar jika bagian yang cekung ditiup angin. Arah dan kecepatan angin pada suatu waktu dapat diketahui melalui anemometer dan hasil catatannya anemogram yang berupa skala.
Salah satu kegunaan pengukuran arah dan kecepatan angin adalah untuk keperluan penerbangan dan navigasi di samping untuk keperluan lain. Dengan mengetahui arah dan kecepatan angin di permukaan bumi, dapat digunakan sebagai pedoman dalam menentukan arah dan panjang landasan pacu pesawat terbang, jumlah penumpang yang harus diangkut, serta bahan bakar yang diperlukan. Untuk itu, perlu diadakan penyelidikan mengenai arah dan kecepatan angin pada lapisan udara atas. Studi dan penelitian tentang angin biasa menggunakan balon udara yang diikuti arah geraknya dengan menggunakan alat teodolit. Teodolit merupakan teropong yang berfungsi untuk mengukur sudut horizontal dan vertikal. Dengan mengetahui kedudukan balon tiap menitnya akan diketahui pula arah dan kecepatan angin pada ketinggian tertentu. Cara ini hanya terbatas pada ketinggian 6 sampai 7 Km.
Pengukuran di atas ketinggian tersebut dilakukan dengan alat yang disebut rawin. Alat ini terdiri atas balon yang lebih besar dan dilengkapi dengan reflektor atau pemancar radio. Dalam penelitian-penelitian modern sekarang ini, satelit mempunyai peranan penting di dalam melakukan pengukuran pada lapisan-lapisan udara, termasuk penelitian tentang angin.
Kecepatan angin dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain, sebagai berikut.
Gradien barometrik
Gradien barometrik yaitu angka yang menunjukkan perbedaan tekanan udara melalui dua garis isobar yang dihitung untuk tiap-tiap 111 Km = 1° di ekuator. Satuan jarak diambil dari 1° di ekuator yang panjangnya sama dengan 111 Km (1/360 × 40.000 Km = 111 Km).
Hukum Stevenson
Hukum ini menyatakan bahwa kecepatan angin bertiup berbanding lurus dengan gradien barometriknya. Semakin besar gradien barometriknya semakin besar kecepatannya.
Relief permukaan bumi
Angin bertiup kencang pada daerah yang reliefnya rata dan tidak ada rintangan dan sebaliknya.
Ada tidaknya pohon-pohon yang lebat dan tinggi
Kecepatan angin dapat dihambat oleh adanya pohon-pohon yang lebat dan tinggi.
Buys Ballot seorang meteorolog berkebangsaan Belanda membuat hukum mengenai arah angin, yaitu:
”Udara mengalir dari daerah bertekanan maksimum ke daerah bertekanan minimum. Arah angin akan membelok ke kanan di belahan bumi utara, serta membelok ke kiri di belahan bumi selatan”.
Pembiasan arah angin terjadi disebabkan oleh rotasi bumi dari barat ke timur, serta bentuk bumi yang bulat, sesuai hukum coriolis. (pembelokkan arah benda yang bergerak ketika dilihat dari kerangka acuan yang berputar. Benda yang bergerak lurus dalam kerangka berputar, akan terlihat belok oleh pengamat yang diam pada kerangka itu).
Kekuatan dan kecepatan angin dapat ditentukan dengan skala Beaufort.

JENIS-JENIS ANGIN
Macam angin akibat sirkulasi udara setempat:
·    ANGIN DARAT DAN ANGIN LAUT
Angin darat bertiup dari darat menuju laut, sedang angin laut bertiup dari laut menuju ke darat. Angin darat dan angin laut dapat terjadi karena adanya perbedaan penyerapan panas Matahari antara daratan dan lautan.
Angin laut terjadi pada siang hari, karena suhu di darat lebih tinggi karena pantulan panas matahari merenggangkan udara di daratan. Karena merenggang, udara di daratan naik sehingga tekanannya turun dan menyebabkan udara bergerak dari lautan ke daratan.
Angin darat terjadi pada malam hari, karena suhu di laut pada waktu malam lebih tinggi karena air laut dapat menahan panas matahari yang telah diperoleh pada siang hari. Sedang di daratan, udara lebih dingin karena daratan tidak mendapat pemanasan dan tidak dapat mengikat panas lebih lama dari air. Karena suhu panas tersebut, udara di lautan merenggang sehingga tekanan udara di lautan turun dan menyebabkan udara bergerak dari darat ke lautan.
·    ANGIN GUNUNG DAN ANGIN LEMBAH
Selain di antara daratan dan lautan, perbedaan pemanasan juga terjadi di antara kawasan pegunungan dan lembah.
Pada siang hari, pegunungan lebih dulu mendapat pemanasan dibandingkan lembah. Karenanya, udara di gunung pada siang hari lebih renggang, maka tekanan udara di gunung menjadi lebih rendah. Karena rendahnya tekanan udara di gunung, udara yang ada di lembah bergerak naik ke gunung sebagai angin lembah.
Pada malam hari, pegunungan lebih dulu mendingin, sedangkan lembah masih hangat. Oleh sebab itu udara di lembah pada malam hari lebih renggang, maka tekanan udara di lembah pun menjadi lebih rendah. Rendahnya tekanan udara di lembah menyebabkan udara yang ada di gunung bergerak turun ke lembah sebagai angin gunung.
·    ANGIN SIKLON DAN ANGIN ANTISIKLON
Angin siklon adalah udara yang bergerak dari beberapa daerah bertekanan udara tinggi menuju titik pusat tekanan udara rendah. Gerakan udara ini terlihat berputar dari beberapa daerah bertekanan udara tinggi yang mengelilingi daerah bertekanan udara rendah.
Adapun angin antisiklon bergerak dari suatu daerah sebagai pusat bertekanan udara tinggi menuju daerah bertekanan udara rendah yang mengelilinginya. Gerakan udara ini terlihat berputar menyebar ke arah daerah bertekanan udara rendah. Arah perputaran angin siklon dan antisiklon di belahan bumi utara dan belahan bumi selatan berbeda.
Macam-macam angin akibat sirkulasi udara global:
·    ANGIN PASAT
Angin pasat adalah angin bertiup tetap sepanjang tahun dari daerah subtropik menuju ke daerah ekuator (khatulistiwa). Terdiri dari Angin Pasat Timur Laut bertiup di belahan bumi Utara dan Angin Pasat Tenggara bertiup di belahan bumi Selatan.
Angin pasat terjadi bila terjadi perbedaan densitas udara di daerah sekitar lintang 30 derajat (baik lintang utara maupun selatan yang bertekanan maksimum dan sekitar lintang 10 derajat yang bertekanan minimum. Akibatnya di belahan bumi utara, angin akan menyerong ke kanan, sedangkan di belahan bumi selatan, angin akan menyerong ke kiri
·    ANGIN MUSON
Angin muson yang terjadi di Indonesia ada dua, yaitu muson barat dan muson timur. Angin muson ini disebabkan adanya perbedaan tekanan udara dua benua yang mengapit kepulauan Indonesia, yaitu Benua Asia yang kaya perairan dan Australia yang kering.
Angin Muson Barat
Angin muson barat terjadi pada bulan Oktober-April. Pada bulan-bulan itu kedudukan matahari berada di belahan bumi selatan. Akibatnya, belahan bumi selatan suhunya lebih tinggi dari pada belahan bumi utara. Oleh karena itu angin bertiup dari belahan bumi utara ke belahan bumi selatan.
Angin Muson Timur
Angin muson timur terjadi pada bulan April-Oktober. Saat itu kedudukan matahari berada di belahan bumi utara. Dapatkah kamu menjelaskan mengapa angin muson timur bertiup dari belahan bumi selatan ke utara

5.      Awan

Awan ialah kumpulan titik-titik air atau kristal-kristal es yang halus dalam udara di atmosfer yang terjadi karena adanya pengembunan dan pemadatan uap air yang terdapat di udara setelah melampaui keadaan jenuh. Kondisi awan dapat berupa cair, gas, atau padat karena sangat dipengaruhi oleh keadaan suhu. Pembagian awan berdasarkan hasil kongres internasional tentang awan yang dilaksanakan di München, Jerman pada tahun 1802 dan Uppsala, Swedia pada tahun 1894, sampai saat ini masih digunakan sebagai acuan utama.
Awan tinggi, berada pada ketinggian antara 6 Km–12 Km, terdiri dari kristal-kristal es karena ketinggiannya. Kelompok awan tinggi, antara lain sebagai berikut.
Cirrus (Ci): Awan ini halus dengan struktur seperti serat, berbentuk menyerupai bulu burung dan tersusun seperti pita yang melengkung di langit sehingga tampak bertemu di satu atau dua titik pada horizon, dan sering terdapat kristal es. Awan ini tidak menimbulkan hujan.
Cirro Stratus (Ci-St): Awan ini berbentuk menyerupai kelambu putih yang halus dan rata menutup seluruh langit sehingga tampak cerah, atau terlihat seperti anyaman yang bentuknya tidak beraturan. Awan ini sering menimbulkan terjadinya hallo, yaitu lingkaran yang bulat dan mengelilingi matahari atau bulan, dan biasa terjadi pada musim kering.
Cirro Cumulus (Ci-Cu): Awan ini berpola terputus-putus dan penuh dengan kristal-kristal es sering kali berbentuk seperti segerombolan domba dan sering dapat menimbulkan bayangan di permukaan bumi.
Awan menengah, berada pada ketinggian antara 3–6 Km. Kelompok awan menengah, antara lain sebagai berikut.
Alto Cumulus (A-Cu): Awan ini berukuran kecil-kecil, tetapi berjumlah banyak dan berbentuk seperti bola yang agak tebal berwarna putih sampai pucat dan ada bagian yang kelabu. Awan ini bergerombol dan sering berdekatan sehingga tampak saling bergandengan.
Alto Stratus (A-St): Awan ini bersifat luas dan tebal dengan warna awan adalah kelabu.
Awan rendah, berada pada ketinggian kurang dari 3 Km. Kelompok awan rendah, antara lain sebagai berikut.
Strato Cumulus (St-Cu): Awan ini berbentuk bola-bola yang sering menutupi seluruh langit sehingga tampak menyerupai gelombang di lautan. Jenis awan ini relatif tipis dan tidak menimbulkan hujan.
Stratus (St): Awan ini berada pada posisi yang rendah dan agihan yang sangat luas dengan ketinggian <2000>
Nimbo Stratus (Ni-St): Awan ini berbentuk tidak menentu dengan tepi compang-camping tak beraturan. Awan ini hanya menimbulkan hujan gerimis, berwarna putih kegelapan, dan penyebarannya di langit cukup luas.
Awan yang terjadi karena udara naik, berada pada ketinggian antara 500 m–1.500 m. Kelompok awan ini, antara lain sebagai berikut.
Cumulus (Cu): Awan tebal dengan puncak-puncak yang agak tinggi, terbentuk pada siang hari karena udara yang naik, dan akan tampak terang jika mendapat sinar langsung dari matahari dan terlihat bayangan berwarna kelabu jika mendapat sinar matahari dari samping atau sebagian saja.
(Cumulus Nimbus (Cu-Ni): Awan inilah yang dapat menimbulkan hujan dengan kilat dan guntur, bervolume besar dengan ketebalanyang tinggi, posisi rendah dan puncak yang tinggi sebagai menara atau gunung dengan puncaknya yang melebar.
Terjadinya hujan tidak tergantung pada tebal tipisnya awan, tetapi lebih tergantung pada musim. Pada waktu musim kering, meskipun ketebalan awan tinggi belum tentu mendatangkan hujan disebabkan oleh faktor angin yang dominan, begitu sebaliknya pada musim hujan. Awan yang rendah pada permukaan bumi disebut kabut.

6.      Curah Hujan

Hujan atau presipitasi ialah peristiwa jatuhnya butir-butir air atau es dari lapisan-lapisan troposfer ke permukaan bumi. Banyaknya hujan yang jatuh pada suatu tempat di bumi dapat diketahui dengan mengukur besarnya curah hujan tersebut menggunakan alat penakar hujan. Ada pula beberapa sebutan untuk alat penakar hujan yaitu sering disebut pluviometer ataupun ombrometer. Curah hujan atau presipitasi adalah banyaknya air hujan atau kristal es yang jatuh hingga permukaan bumi. Alat pengukur curah hujan berfungsi untuk mengukur jumlah hujan yang jatuh selama sehari di dalam suatu gelas ukur. Alat pencatat hujan otomatik berfungsi mencatat secara otomatis jumlah curah hujan pada kertas pencatat yang setiap hari atau minggu diganti dengan yang baru. Cara menghitung curah hujan dalam sebulan adalah dengan menjumlah curah hujan di tiap hari dalam satu bulan.
Besarnya curah hujan tidak merata di setiap wilayah Indonesia. Jumlah curah hujan tidak sama sepanjang tahun, paling banyak ialah selama bertiup angin musim barat. Ada bermacam-macam jenis hujan yang dapat dijelaskan berikut ini.
1.     Hujan zenital, adalah hujan yang terjadi di daerah tropis, disebut juga hujan naik ekuatorial, biasa terjadi pada waktu sore hari setelah terjadi pemanasan maksimal antara pukul 14.00–15.00. Di daerah tropis selama setahun mengalami dua kali hujan zenital, sedangkan daerah lintang 23½° LU/LS mengalami satu kali hujan zenital. Di daerah tropis, daerah lintang 10° LU–10° LS, hujan ini terjadi bersamaan waktunya dengan kedudukan matahari pada titik zenitnya, atau beberapa waktu sesudahnya.
2.     Hujan muson, adalah hujan yang terjadi di daerah-daerah muson. Hujan zenital di daerah muson mengalami perubahan karena daerah-daerah ini dipengaruhi oleh angin muson.
3.     (Hujan siklon, adalah hujan yang terjadi karena udara panas naik disertai angin berputar ataucyclone. Karena kondisi di atas dingin, udara menjadi jenuh, dan setelah itu terjadilah prosesi kondensasi yang menimbulkan awan dan akhirnya hujan cyclonal terjadi.
4.     Hujan musim dingin, adalah hujan yang terjadi di daerah-daerah subtropis. Daerah subtropis di pesisir barat kontinen-kontinen pada waktu musim dingin mengalami hujan, ketika matahari berada pada posisi nadir. Daerah hujan musim dingin, antara lain: Portugal, Spanyol, Afrika Utara, Palestina, Mesopotamia, dan California Barat Daya.
5.     Hujan musim panas, adalah hujan yang terjadi di daerah subtropis, di sekitar pesisir timur kontinen-kontinen. Daerahnya terletak antara 30°– 40° LU/LS, yaitu sebelah tenggara Amerika Serikat, Argentina Utara, Uruguay, Cina Timur, Jepang, dan lain-lain.
6.     Hujan frontal, adalah hujan yang terjadi jika massa udara yang dingin dengan kekuatan besar memecah massa udara yang panas dan kemudian massa yang lebih ringan terangkat ke atas. Pergolakan udara dengan pusaran-pusaran bergerak ke atas sehingga bertemulah massa udara panas dan dingin yang dibatasi oleh garis yang disebut garis front. Di sekitar garis inilah terbentuk awan yang bergumpal dan bergerak ke atas dengan cepat sehingga terjadilah hujan lebat atau hujan frontal.
7.     Hujan pegunungan atau hujan orografis, adalah hujan yang terjadi di daerah pegunungan, di mana udara yang mengandung uap air bergerak naik ke atas pegunungan. Gerakan itu menurunkan suhu udara tersebut sehingga terjadi kondensasi dan turunlah hujan pada lereng yang berhadapan dengan arah datangnya angin.
Beberapa daerah yang jarang turun hujan adalah di daerah pedalaman benua. Misalnya, Gurun Sahara, Gurun Gobi, Daerah Tibet, Semenanjung Arabia, pedalaman Persia, Turkistan, bagian barat Afrika Selatan, dan di sebagian daerah subtropis. Sebutan daerah basah dan kering sangat dipengaruhi oleh banyak sedikitnya curah hujan yang turun di daerah tersebut. Daerah basah mempunyai curah hujan tinggi, di atas 3.000 mm/tahun. Contohnya adalah Dataran Tinggi Sumatra Barat, Sibolga, Ambon, Bogor, Batu Raden, dan Dataran Tinggi Irian Jaya (Papua). Daerah kering mempunyai curah hujan rendah, kurang dari 1.000 mm/tahun. Contohnya adalah daerah padang rumput di Nusa Tenggara dan sekitar Palu dan Luwuk di Sulawesi Tengah.
Daerah di sekitar garis ekuator 0°–10° LU/LS secara umum merupakan daerah panas dan daerah dingin terletak antara 66 ½°–90° LU/LS. Di samping itu, letak lintang dan tinggi tempat menentukan panas dinginnya suatu daerah di muka bumi. Misalnya:
1.     Zona panas, terletak di ketinggian 0–700 meter dpl.
2.     Zona sedang terletak di ketinggian antara 700–1.500 meter dpl.
3.     Zona sejuk terletak di ketinggian antara 1500–2.500 meter dpl.
4.     Zona dingin terletak di ketinggian antara 2.500–3.300 meter dpl.

Klasifikasi dan Tipe Iklim

Iklim dan Faktor Pembentuknya

Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap kondisi iklim di suatu tempat, sebagai berikut:
1.     letak garis lintang,
2.     tinggi tempat,
3.     banyak sedikitnya curah hujan yang jatuh,
4.     posisi daerah: dekat dengan laut, gunung, dataran pasir, atau dengan bentang alam lain,
5.     daerah pegunungan yang dapat memengaruhi posisi bayangan hujan,
6.     keadaan awan dan suhu udara,
7.     pengaruh luas daratan,
8.     kelembapan udara dan keadaan awan,
9.     pengaruh arus laut,
10.                        panjang pendeknya musim setempat, dan
11.                        pengaruh topografi dan penggunaan lahan (vegetasi).

 

Macam-Macam Iklim

1.  IKLIM MATAHARI
Dasar perhitungan dalam melakukan pembagian daerah iklim matahari adalah kedudukan dan pergeseran semu matahari yang memengaruhi banyaknya sinar matahari yang diterima oleh permukaan bumi. Karena matahari selalu bergeser di antara lintang 23½° LU sampai dengan 23½° LS, terjadilah perbedaan penyinaran di muka bumi. Secara teoritis dapat dinyatakan bahwa makin jauh suatu tempat dari khatulistiwa, makin besar sudut datang sinar matahari. Ini berarti makin sedikit pula jumlah sinar matahari yang diterima oleh permukaan bumi. Pembagian daerah iklim matahari berdasarkan pada letak garis lintangnya, sebagai berikut.
1.     Daerah iklim tropis, berada pada 0° LU–23½° LU dan 0° LS–23½° LS.
2.     Daerah iklim sedang, berada pada 23½°LU–66½° LU dan 23½° LS– 66½° LS.
3.     Daerah iklim dingin, berada pada 66½° LU–90° LU dan 66½° LS–90° LS.
Karena pembagian iklim matahari didasarkan pada suatu teori, temperatur udara makin rendah jika letaknya makin jauh dari khatulistiwa, para ahli menyebut iklim matahari dengan istilah iklim teoritis. Pada kondisi yang sebenarnya di beberapa tempat terjadi distorsi terhadap teori tersebut.
2.   IKLIM FISIS
Iklim fisis ialah iklim yang pembagiannya didasarkan pada kenyataan kondisi sebenarnya suatu daerah yang disebabkan pengaruh lingkungan alamnya. Faktor-faktor lingkungan itu sebagai berikut:
1.     pengaruh daratan yang luas,
2.     pengaruh penutup lahan (vegetasi),
3.     pengaruh topografi (relief),
4.     pengaruh arus laut,
5.     pengaruh lautan, dan
6.     pengaruh angin.
Iklim fisis dapat dibedakan menjadi:
1.     iklim laut atau maritim,
2.     iklim darat atau kontinental,
3.     iklim dataran tinggi,
4.     iklim gunung dan pegunungan, dan
5.     iklim musim (muson).


3.   IKLIM MENURUT KÖPPEN
Klasifikasi iklim Köppen  banyak digunakan di dunia yang berbasis pada sistem klasifikasi iklim empiris vegetasi yang dikembangkan oleh ahli botani-klimatologi Wladimir Köppen dari Jerman. Tujuannya adalah untuk merancang formula yang akan menentukan batas-batas iklim sedemikian rupa sehingga sesuai dengan mereka yang sedang berada pada zona vegetasi (bioma) yang sedang dipetakan untuk pertama kalinya selama hidupnya.
Köppen menerbitkan skema pertama pada tahun 1900 dan versi revisinya pada tahun 1918. Dia terus merevisi sistem klasifikasinya sampai kematiannya pada tahun 1940. Wladimir Köppen  mengklasifikasi daerah iklim berdasarkan rata-rata curah hujan dan temperatur, baik bulanan maupun tahunan. Hal itu disebabkan curah hujan dan temperatur merupakan unsur yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan di permukaan bumi. Untuk membedakan ciri-ciri temperatur dan hujan Köppen menggunakan simbol huruf besar dan kecil. Digunakan untuk menentukan pembagian daerah iklim berdasarkan temperatur bulan terdingin atau terpanas.
Köppen membagi dunia menjadi lima zona iklim pokok berdasarkan temperatur dan hujan, dengan menggunakan ciri-ciri temperatur dan hujan berupa huruf-huruf besar dan huruf-huruf kecil. Kelima iklim pokok tersebut masih dirinci lagi menjadi sebelas macam iklim sebagai variasinya.
Köppen membedakan iklim menjadi lima kelompok utama, sebagai berikut.
Iklim A yaitu iklim khatulistiwa yang terdiri atas:
·         Af : iklim hutan hujan tropis
·         Aw : iklim sabana
Daerah hujan tropis yaitu daerah yang mempunyai temperatur bulanan terdingin +18°C. Iklim tersebut dibagi menjadi tiga tipe yaitu Hutan Hujan Tropika (Af), Muson Tropika (Am), dan Sabana (Aw).
Hutan Hujan Tropika (Af)
Daerah tipe f pada bulan terkering, curah hujan rata-rata > 60 mm. OKI, di daerah ini terdapat hutan-hutan yang lebat.
Terdapat di : Sumatra, Kalimantan, dan Sulawesi Utara.
Muson Tropika (Am)
Daerah peralihan yang jumlah hujan pada bulan basah dapat mengimbangi kekurangan hujan pada bulan-bulan kering. Di daerah ini masih terdapat hutan yang cukup lebat.
Terdapat di : Jawa Tengah, Jawa Barat, sebagian Sulawesi Selatan, dan pantai selatan Papua.
Sabana (Aw)
Daerah  tipe w memiliki musim kering yang panjang
jumlah hujan pada bulan basah tidak dapat mengimbangi kekurangan hujan pada bulan-bulan kering. OKI, vegetasi di daerah ini berupa padang rumput dan pohon-pohon yang jarang.
Terdapat di : Jawa Timur, Madura, Nusa Tenggara, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, dan Kepulauan Aru.
Iklim B yaitu iklim subtropik yang terdiri atas:
·         Bs : iklim stepa
·         Bw : iklim gurun
Daerah iklim kering (subtropik) mempunyai tingkat evaporasi(penguapan) tinggi daripada curah hujan, temperatur bulan terdingin         18-3°C.
OKI, persediaan air tidak cukup untuk mendukung kehidupan tanaman.
Tanaman tertentu yang dapat hidup seperti kaktus.
Iklim Stepa (Bs)
Daerah setengah kering (semi arid) dengan curah hujan di lintang rendah antara 380-760 mm/tahun.
Iklim Padang Pasir (Bw), Daerah kering (arid) yang mempunyai curah hujan kurang dari 250 mm/tahun
Iklim C yaitu iklim sedang maritim yang terdiri atas:
·         Cf : iklim sedang maritim tidak dengan musim kering
·         Cw : iklim sedang maritim dengan musim dingin yang kering
·         Cs : iklim sedang maritim dengan musim panas yang kering
Daerah iklim sedang dengan suhu udara rata-rata bulan
terdinginnya = -3-18°C
terpanas >10°C
Iklim ini dibagi menjadi tiga tipe yaitu Iklim Sedang dengan Musim Panas yang Kering (Cs), Iklim Sedang dengan Musim Dingin yang Kering (Cw), Iklim Sedang yang Lembap (Cf).
Iklim Sedang dengan Musim Panas yang Kering (Cs)
Adanya:
musim panas yang kering apabila jumlah hujan terkering (<30mm) pada musim panas lebih kecil dari 1/3 jumlah hujan bulan terbasah pada musim dingin.
Contoh: Madrid di Spanyol ; California; Perth di Australia; Santiago di Chili dsb.
Iklim Sedang dengan Musim Dingin yang Kering (Cw)
Adanya:
musim panas yang lembap
musim dingin yang kering apabila jumlah hujan rata-rata pada musim dingin lebih kecil dari 1/10 jumlah hujan bulan terbasah pada musim panas
Iklim Sedang yang Lembap (Cf)
Adanya:
Iklim Sedang tidak dengan musim kering, daerah ini selalu lembap sepanjang tahun.
Contoh: Chili; Argentina; Islandia; Norwegia
Iklim D yaitu iklim sedang kontinental yang terdiri atas:
·         Df : iklim sedang kontinental yang selalu basah
·         Dw : iklim sedang kontinental dengan musim dingin yang kering
Daerah yang termasuk iklim dingin mempunyai temperatur rata-rata bulan-bulan terdingin kurang dari -3°C dan rata-rata bulan-bulan terpanas lebih dari 10°C. Iklim ini dibagi menjadi dua tipe yaitu Iklim Dingin dengan Musim Dingin yang Kering (Dw) dan Iklim Dingin tanpa Periode Siang (Df).
Iklim Dingin dengan Musim Dingin yang Kering (Dw)
Contoh:  Seoul di Korsel dan Rusia.
Iklim Dingin selalu Basah (Df)
Contoh: Kanada, Norwegia, dsb.
Iklim E yaitu iklim arktik atau iklim salju yang terdiri atas:
·         ET : iklim tundra
·         EF : iklim dengan es abadi
Daerah yang termasuk iklim kutub mempunyai rata-rata temperatur bulan terpanas kurang dari 10°C.
Iklim itu dibagi menjadi dua tipe iklim yaitu Iklim Tundra (ET) dan Iklim Es Salju Abadi (EF).
Iklim Tundra (ET)
Temperatur  rata-rata bulan terpanas 10-0 C.
Oleh karena itu daerah ini hanya terdapat berbagai lumut.
Terdapat di daerah Kanada  utara dan Rusia utara
Iklim Es-Salju Abadi (EF)
Temperatur rata-rata bulan terpanas di bawah 0 C.
Olek karena itu daerah ini terdapat es-salju abadi.
Terdapat di daerah :
Antarktika dan Greenland
Ciri iklim di pegunungan menurut Köppen sebagai berikut:
·         Iklim RG : iklim pegunungan ketinggian <>
·         Iklim H : iklim pegunungan ketinggian > 3.000 m.
·         Iklim RT : iklim pegunungan sesuai dengan ciri- ciri iklim ET (tundra).
Untuk menentukan tipe iklim suatu daerah menurut W. Köppen dapat dilakukan dengan menghubungkan jumlah hujan pada bulan terkering dengan jumlah hujan setahun, secara lurus pada diagram Köppen.
4.   IKLIM MENURUT OLDEMAN
Oldeman mengklasifikasikan iklim berdasar pada banyaknya bulan basah dan bulan kering dalam penentuan tipe iklimnya yang dikaitkan dengan sistem pertanian di suatu daerah tertentu, yaitu kebutuhan air yang digunakan tanaman pertanian untuk hidup. Penggolongan iklim tersebut lebih sering disebut zona agroklimat.
Curah hujan merupakan sumber utama dari tanaman yang beririgasi nonteknis (tadah hujan). Tanaman pertanian pada umumnya dapat tumbuh normal dengan curah hujan antara 200 mm – 300 mm, dan curah hujan di bawah 200 mm sudah mencukupi untuk tanaman palawija. Zona agroklimat pada klasifikasi in dibagi menjadi lima sub divisi utama. Kemudian dari tiap-tiap sub divisi tersebut terdapat bulan kering yang berurutan sesuai dengan masa tanamnya, dengan tidak menambahkan faktor-faktor lain yang memengaruhinya, tetapi penggolongan iklim ini sangat berguna bagi pemanfaatan lahan pertanian dan cenderung bersifat ringkas dan praktis.
Berdasarkan jumlah bulan basah dan bulan kering yang telah diketahui tersebut, pengelolaan lahan pertanian mendapatkan informasi yang berguna dalam perencanaan pola tanam dan sistem tanamnya. Hasil ini juga sangat mungkin digunakan untuk kepentingan lain selain bidang pertanian.
Kriteria Iklim Oldeman
1.     Bulan Basah = rata-rata curah hujan > 200 mm per bulan
2.     Bulan Kering = rata-rata curah hujan < 100 mm per bulan
3.     Bulan Lembap = rata-rata curah hujan 100 – 200 mm per bulan
Tipe Utama Iklim Oldeman
1.     Iklim A = jika ada lebih dari 9 bulan basah berturut-turut
2.     Iklim B = jika ada 7 – 9 bulan basah berturut-turut
3.     Iklim C = jika ada 5 – 6 bulan basah berturut-turut
4.     Iklim D = jika ada 3 – 4 bulan basah berturut-turut
5.     Iklim E = jika ada < 3 bulan basah berturut-turut
Sub Tipe
1.     1 = bulan kering berjumlah < atau sama dengan 1
2.     2 = bulan kering 2 -3 kali
3.     3 = bulan kering 4 – 6 kali
4.     4 = ada > 6 bulan kering
Zona Agroklimat Oldeman
A1, A2
Sesuai untuk budidaya padi terus-menerus namun produksi agak rendah karena kerapatan fluks matahari rendah sepanjang tahun.
B1
Sesuai untuk tanaman padi terus menerus dengan perencanaan awam musim tanam yang baik. Produksi maksimal jika dilakukan di musim kemarau.
B2
Dapat dibudidayakan padi dua kali setahun dengan varietas umur pendek dan musim kering pendek untuk palawija. Baca juga: apa itu front meteorologi?
C1
Budidaya padi sekali dan palawija dua kali dalam satu tahun.
C2, C3, C4
Tanam padi sekali dan palawija dua kali setahun. Namun tanam palawija kedua harus hati-hati karena jatuh di musim kering.
D1
Tanam padi umur pendek satu kali dengan panen yang tinggi biasanya karena kerapatan fluks matahari tinggi.
D2, D3, D4
Memungkinkan untuk satu kali padi dan satu kali tanam palawija, tergantung dari kestabilan irigasi.
E
Wilayah ini umumnya kering tandus, mungkin bisa untuk palawija sekali dan itu pun tergantung dari adanya hujan.
5.   IKLIM MENURUT MOHR
Klasifikasi Mohr didasarkan pada hubungan antara penguapan dan besarnya curah hujan, dari hubungan ini didapatkan tiga jenis pembagian bulan dalam kurun waktu satu tahun dimana keadaan yang disebut bulan basah apabila curah hujan >100 mm per bulan, bulan lembap bila curah hujan bulan berkisar antara 100 – 60 mm dan bulan kering bila curah hujan < 60 mm per bulan.
6.   IKLIM MENURUT SCHMIDT FERGUSON
Sistem klasifikasi iklim ini banyak digunakan dalam bidang kehutanan dan perkebunan serta sudah sangat dikenal di Indonesia.
Kriteria yang digunakan adalah dengan penentuan nilai Q, yaitu perbandingan antara bulan kering (BK) dan bulan basah (BB) dikalikan 100% (Q = BK / BB x 100%).
Klasifikasi ini merupakan modifikasi atau perbaikan dari sistem klasifikasi Mohr (Mohr menentukan berdasarkan nilai rata-rata curah hujan bulanan selama periode pengamatan). BB dan BK pada klasifikasi Schmidt-Ferguson ditentukan tahun demi tahun selama periode pengamatan yang kemudian dijumlahkan dan dihitung rata-ratanya.
Kriteria bulan basah dan bulan kering (sesuai dengan kriteria Mohr) adalah:
Bulan Basah (BB)
Bulan dengan curah hujan > 100 mm
Bulan Lembap (BL)
Bulan dengan curah hujan antara 60 – 100 mm
Bulan Kering (BK)
Bulan dengan curah hujan < 60 mm
Klasifikasi iklim Schmidt-Ferguson ditentukan dari nilai Q yang dikelompokkan menjadi 8 tipe iklim, yaitu:
Tabel. Klasifikasi Schmidt-Ferguson
Tipe Iklim
Nilai Q (%)
Keadaan Iklim dan Vegetasi
A
< 14,3
Daerah sangat basah, hutan hujan tropika
B
14,3 – 33,3
Daerah basah, hutan hujan tropika
C
33,3 – 60,0
Daerah agak basah, hutan rimba, daun gugur pada musim kemarau
D
60,0 – 100,0
Daerah sedang, hutan musim
E
100,0 – 167,0
Daerah agak kering, hutan sabana
F
167,0 – 300,0
Daerah kering, hutan sabana
G
300,0 – 700,0
Daerah sangat kering, padang ilalang
H
> 700,0
Daerah ekstrim kering, padang ilalang
7.   IKLIM MENURUT J.W. JUNGHUHN
J.W. Junghuhn, seorang ahli tumbuhan dari Jerman, telah membagi kelompok tumbuhan menurut tinggi rendahnya suatu tempat yang didasarkan pada tanaman perkebunan, sebagai berikut:
1.     Daerah panas, dengan ketinggian antara 0–700 meter dpl, merupakan areal yang tepat untuk pertumbuhan tanaman perkebunan seperti: cokelat, kopi, karet, tembakau, dan kelapa;
2.     Daerah sedang, dengan ketinggian antara 700–1.500 meter dpl, merupakan areal yang tepat untuk tanaman perkebunan seperti: pinang, kopi, teh, dan kina;
3.     Daerah dingin, dengan ketinggian antara 1.500–2.500 meter, merupakan areal yang tepat untuk jenis tanaman cemara;
4.     Daerah sangat dingin, dengan ketinggian antara 2.500–3.500 meter, merupakan areal yang tepat untuk rumput-rumput kerdil dan hutan alpin;
5.     Daerah salju, yang berketinggian >3.500 meter, merupakan areal yang tidak mampu ditumbuhi tanaman karena permukaannya diliputi salju.

Distribusi Curah Hujan di Indonesia

Indonesia terletak di daerah ekuatorial dan secara geografis menyebabkan besarnya penguapan yang terjadi. Hal tersebut ditunjukkan masih cukup besarnya curah hujan yang jatuh pada musim kemarau. Suhu yang tinggi dan luas perairan yang dominan menyebabkan penguapan udara yang terjadi sangat tinggi, dan mengakibatkan kelembapan udara yang tinggi pula. Kelembapan udara yang tinggi inilah yang menyebabkan curah hujan di Indonesia selalu tinggi, apalagi dipengaruhi oleh wilayah hutan yang luas.
Besar kecilnya curah hujan di suatu tempat sangat dipengaruhi beberapa faktor, yaitu:
1.     letak daerah konvergensi antar tropis,
2.     posisi geografis suatu daerah,
3.     bentuk bentang lahan dan arah kemiringan lerengnya,
4.     panjang medan datar sebagai jarak perjalanan angin, dan
5.     arah angin yang sejajar dengan pantai.
Curah hujan di Indonesia tergolong tinggi dengan rata-rata > 2.000 mm/tahun. Rata-rata curah hujan tertinggi terdapat di daerah Baturaden di kaki Gunung Slamet, dengan curah hujan rata-rata > 589 mm/bulan, sedangkan rata-rata curah hujan terkecil terdapat di daerah Palu, Sulawesi Tengah, dengan curah hujan rata-rata ± 45,6 mm/bulan.
Distribusi Jenis Vegetasi Alam Berdasarkan Bentang Alam dan Iklimnya
Kondisi iklim dan cuaca suatu wilayah berpengaruh besar terhadap keadaan makhluk hidup yang tinggal di dalamnya. Di samping manusia, flora dan fauna unsur abiotik pun sangat dipengaruhi oleh kondisi iklim. Bentang alam, bentang budaya, kebiasaan hidup, bahkan tradisi hidup manusia di suatu daerah merupakan cerminan dari kondisi iklim daerah tersebut. Kondisi tersebut dapat dilihat dari jenis bahan dan bentuk rumah, jenis dan bentuk pakaian, makanan pokok penduduk, jenis alat transportasi, dan sebagainya.

Korelasi antara Tipe Iklim dan Bentang Alam

Bentang lahan adalah gabungan dari bentuk lahan, yaitu ketampakan tunggal seperti bukit atau sebuah lembah sungai. Kombinasi dari ketampakan-ketampakan tersebut membentuk suatu bentang lahan. Bentang alam adalah bagian yang tampak langsung di alam seperti permukaan tanah, vegetasi, dan daerah perairan. Perubahan bentang alam relatif sangat kecil jika dibandingkan dengan bentang budaya. Komponen bentang alam relatif stabil keberadaannya, sedangkan bentang budaya yang terdiri dari komponen pokok manusia dan juga lingkungannya lebih bersifat dinamis dan selalu mengalami perubahan.
Perubahan penggunaan lahan dari hutan ke pertanian merupakan salah satu ciri perubahan bentang alam yang stabil menjadi bentang budaya akibat interaksi dan kebutuhan manusia untuk mempertahankan hidupnya. Demikian juga pertambahan penduduk yang menuntut penambahan sarana perumahan dan fasilitas hidup tentu makin mengurangi luas areal bentang alam. Hubungan timbal balik antara manusia dan lingkungan alam merupakan salah satu indikator seberapa jauh manusia mampu menyesuaikan diri dan beradaptasi dengan lingkungan alamnya. Bentang alam yang berubah menjadi bentang budaya menimbulkan perubahan perilaku, kebiasaan, dan budaya penduduk. Sebagai contoh penambahan dan perluasan jalan dan penambahan lokasi permukiman menuntut adanya penambahan fasilitas lain apalagi jika ditambah dengan pembangunan pertokoan besar dan lokasi industri.
Iklim di suatu tempat dapat mencerminkan sejauh mana kemajuan peradaban dan kebudayaan di suatu tempat. Hal tersebut terjadi karena faktor berikut.
Iklim dapat membatasi atau mendukung aktivitas dan perilaku manusia
·         Manusia cenderung memilih tempat tinggal di daerah yang beriklim baik. Contohnya di daerah beriklim sedang, artinya tidak terlalu panas ataupun dingin dan terdapat sumber air.
·         Bidang-bidang usaha tertentu seperti pertanian dan perkebunan, sangat dibatasi oleh kondisi iklim yang ekstrem yaitu terlalu dingin, panas, atau kering.
Kesehatan manusia sangat dipengaruhi oleh kondisi dan perubahan iklim
·         Penyakit yang ditularkan melalui gigitan nyamuk seperti demam berdarah dan malaria terjadi pada musim penghujan dan terjadinya genangan-genangan air.
·         Penyakit diare dan muntah berak terjadi pada musim panas yang banyak hujan, yang biasanya disebabkan oleh sanitasi dan tingkat kebersihan penduduk yang kurang karena pengaruh hujan.
Iklim dan Pengaruhnya terhadap Jenis-Jenis Vegetasi Alam
Faktor iklim suatu daerah berpengaruh besar terhadap persebaran floranya, terutama jumlah hujan dan temperaturnya. Tumbuhan di Indonesia hidup sepanjang tahun karena suhu rata-rata yang cukup tinggi dan didukung persediaan air yang cukup. Kondisi ini lain dengan negara-negara di daerah subtropis yang mengalami musim gugur.
Di Indonesia terdapat perbedaan jenis tumbuhan dan kemampuan tumbuh flora di daerah yang satu dengan daerah yang lain. Berdasarkan jumlah hujan yang berbeda-beda itu, flora di Indonesia dibagi menjadi sebagai berikut.
Hutan Hujan Tropis
Hutan ini terdiri dari tumbuh-tumbuhan berpohon besar dan rindang yang berada di daerah dengan suhu tinggi dan curah hujan yang tinggi pula. Tumbuhan yang hidup seperti kamper, meranti, keruing, rotan, dan tumbuhan lainnya. Karakter lain adalah adanya tumbuhan epifit yang hidup pada pohon-pohon besar tersebut, antara lain, anggrek dan rotan. Di samping tumbuhan epifit juga terdapat tumbuh-tumbuhan kecil berupa paku-pakuan, perdu, dan pakis di
sela-sela tumbuhan besar yang ada. Karena lebatnya, sinar matahari kadang tidak mampu menembus sampai ke dalam hutan hujan tropis. Di Indonesia sebaran hutan hujan tropis berada di Pulau Kalimantan, Sulawesi, Sumatra, dan Papua.
Hutan Musim
Hutan musim adalah hutan yang keberadaan tanaman di dalamnya sangat tergantung oleh musim, disebut juga hutan meranggas. Hutan meranggas berarti hutan yang daun-daunnya meranggas di musim kemarau dan akan tumbuh lagi ketika musim hujan datang. Hutan ini dapat ditemui pada daerah beriklim sedang yang terlihat dengan nyata adanya musim gugur dan musim semi. Di Indonesia sebaran hutan musim terdapat di Jawa dan Sulawesi yang berupa hutan jati, sengon, dan akasia.
Sabana
sabana merupakan padang rumput yang berselang-seling dengan semak belukar dan berada pada daerah dengan suhu yang tinggi dengan curah hujan sedikit. Di Indonesia sabana terdapat di Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur, juga di sebagian Sulawesi Tengah.
Stepa
Stepa merupakan padang rumput di daerah dengan curah hujan sedikit dan bersuhu udara tinggi. Di Indonesia stepa dapat ditemui di Sulawesi Tengah, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur.
Hubungan Bentang Lahan dan Keadaan Tanah dengan Jenis Vegetasi
Bentang lahan dengan tanah subur yang berasal dari material vulkanis merupakan tempat yang biasa ditumbuhi oleh hutan lebat dan berbagai macam tumbuhan di dalamnya. Daerah ini mempunyai jenis tanaman yang beraneka ragam yang biasa disebut hutan heterogen. Bentang lahan dengan tanah kurang subur yaitu di tanah yang tandus yang biasanya merupakan pelapukan dari material kapur, lebih banyak ditumbuhi oleh semak belukar, rumput, dan alang-alang. Bentang lahan daerah pantai berawa-rawa dan bertanah lumpur yang biasa disebut daerah rawa, didominasi oleh tumbuhan hutan mangrove (bakau).

Distribusi Jenis-Jenis Vegetasi Alam

Seorang ahli biologi bernama Hart Meeriem pada tahun 1889, menemukan tipe agihan tumbuhan berdasarkan variasi ketinggiannya. Ia menelusuri Gunung San Fransisco mulai dari kaki hingga puncak. Meeriem berkesimpulan bahwa tipe tumbuhan pada suatu daerah sangat tergantung pada temperatur dan kelembapannya. Terbukti bahwa kelembapan lebih berperan daripada temperatur dalam tipe agihan tumbuhan. Jenis tumbuhan besar membutuhkan curah hujan yang lebih tinggi daripada jenis tumbuhan kecil. Akibatnya, semakin ke daerah bercurah hujan kecil dan sangat kecil, akan semakin banyak kita lihat dominasi tumbuhan kecil seperti belukar, padang rumput, dan akhirnya kaktus atau tanaman padang pasir pada daerah yang sangat minim hujannya.
Di dunia komunitas organisme tumbuhan dibagi menjadi enam macam tumbuhan utama yang tersebar sepanjang perubahan kekeringan dan kelembapan. Enam macam komunitas tumbuhan tersebut adalah sebagai berikut.
Padang Rumput
Daerah padang rumput mempunyai kisaran curah hujan sebesar 250 mm sampai dengan 500 mm/tahun, dan pada beberapa padang rumput, curah hujan dapat mencapai 1.000 mm. Daerah ini terbentang dari daerah tropika sampai ke daerah subtropik. Karena hujan yang turun tidak teratur dan kondisi porositas rumput yang relatif rendah, tumbuhan kesulitan dalam mendapatkan air, sehingga hanya tumbuhan rumput yang mampu bertahan hidup dan beradaptasi dengan kondisi tersebut.
Gurun
Daerah gurun mempunyai kisaran curah hujan sekitar 250 mm/tahun atau kurang sehingga termasuk curah hujan rendah dan tidak teratur. Gurun banyak terdapat di daerah tropis yang berbatasan dengan padang rumput. Keadaan alam dari padang rumput ke arah gurun, biasanya makin jauh dari padang rumput kondisinya makin gersang. Panas yang tinggi karena teriknya matahari mencapai >40°C sehingga menimbulkan suhu yang panas di siang hari dan penguapan yang tinggi pula. Amplitudo harian yaitu perbedaan pada siang dan malam hari sangat besar. Tumbuhan yang hidup menahun di gurun adalah tumbuhan yang dapat beradaptasi terhadap
kekurangan air dan penguapan yang cepat, sehingga tumbuhan yang hidup di gurun biasanya berdaun kecil seperti duri atau tidak berdaun, tetapi berakar panjang untuk mengambil air. Jaringan spons pada tumbuhan di sini berfungsi menyimpan air.
Tundra
Daerah tundra memiliki dua musim yaitu musim dingin yang panjang dan gelap serta musim panas yang panjang serta terang terus-menerus. Daerah tersebut hanya terdapat di belahan bumi utara dan terletak di sebagian besar lingkungan kutub utara. Daerah tundra di kutub ini dapat mengalami gelap berbulan-bulan karena matahari hanya mencapai 23½° LU/LS. Di daerah tundra banyak terdapat lumut dan pohon yang tertinggi hanya berupa semak yang relatif pendek. Jenis lumut yang hidup, antara lain, lumut kerak dan sphagnum. Tumbuhan semusim di daerah tundra biasanya berbunga dengan warna yang mencolok dengan masa pertumbuhan yang sangat pendek. Tumbuhan di daerah ini mampu beradaptasi terhadap keadaan dingin meskipun dalam keadaan beku masih tetap bertahan hidup.
Hutan Basah
Hutan-hutan basah tropika di seluruh dunia mempunyai persamaan, di antaranya, terdapatnya beratus-ratus spesies tumbuhan di dalamnya. Sepanjang tahun hutan basah mendapatkan cukup air sehingga memungkinkan tumbuhnya tanaman dalam jangka waktu yang lama sehingga komunitas hutan tersebut akan sangat kompleks. Hutan basah tropika terdapat di daerah tropika dan subtropik, misalnya, di Indonesia, daerah Australia bagian Irian Timur, Amerika Tengah, dan Afrika Tengah. Ketinggian pohon-pohon utama berkisar antara 20 sampai dengan 40 meter dengan cabang-cabangnya yang lebat sehingga membentuk tudung (canopy) yang mengakibatkan hutan menjadi gelap. Tidak ada sumber air lainnya selain air hujan, dan air hujan sulit mencapai dasar hutan tersebut secara langsung. Di dalam hutan ini juga terdapat perubahan-perubahan iklim, tetapi hanya bersifat mikro (dari tudung hutan sampai dasar hutan saja). Kelembapan di hutan basah tinggi dan suhu sepanjang hari hampir sama sekitar 25°C. Di samping pepohonan yang tinggi, terdapat liana dan epifit yang berupa rotan dan anggrek yang merupakan tumbuhan khas di daerah itu.
Hutan Gugur
Hutan gugur tumbuh di daerah beriklim sedang. Di sana umumnya juga terdapat padang rumput dan gurun. Curah hujan merata sepanjang tahun sebesar 750 sampai 1.000 mm per tahun. Terdapat pula musim dingin dan musim panas yang dengan adanya musim tersebut tumbuhan di sana beradaptasi dengan menggugurkan daunnya menjelang musim dingin.
Musim gugur adalah musim yang ada sebelum musim dingin tiba. Tumbuhan yang bersifat menahun dari musim gugur sampai dengan musim semi berhenti pertumbuhannya, sedangkan tumbuhan yang sifatnya semusim akan mati pada musim dingin. Tumbuhan semusim hanya meninggalkan bijinya saja dan hanya mampu bertahan pada suhu dingin, dan akan berkecambah pada saat menjelang musim panas tiba.
Taiga
Taiga adalah hutan pohon pinus yang daunnya seperti jarum dan merupakan bioma yang hanya terdiri atas satu spesies pohon. Daerah persebarannya terdapat di belahan bumi utara seperti Rusia, Siberia, dan Kanada.
Beberapa contoh pohon yang hidup di hutan taiga, antara lain: conifer, terutama pohon spruce (picea), alder (alnus), birch (betula), dan juniper (juniperus). Masa pertumbuhan spesies ini pada musim panas, berlangsung antara 3 sampai dengan 6 bulan.

Gejala Alam Penyebab Perubahan Iklim Global

Faktor-faktor berupa gejala alam yang menyebabkan gangguan terhadap iklim global dunia, antara lain: gejala meningkatnya suhu udara di bumi yang disebut Efek Rumah Kaca, kondisi yang menyebabkan kekeringan pada rentang waktu lama disebut El Nino, dan kondisi yang menyebabkan hujan lebat pada rentang waktu lama disebut La Nina

1.     Efek Rumah Kaca

Efek rumah kaca adalah terjadinya peningkatan suhu udara di muka bumi akibat semakin banyaknya gas pencemar di dalam udara. Industri-industri, pabrik-pabrik, kendaraan bermotor, dan semua sarana untuk memenuhi kebutuhan manusia yang menggunakan bahan bakar bensin, solar, minyak tanah, dan batu bara menghasilkan gas buang berupa: CO2, CO, NO2, SO2, HCN, HCl, H2S, HF, dan NH4 yang terus meningkat jumlahnya. Besarnya CO2 dan gas pencemar lain yang terakumulasi semakin hari semakin tinggi, hal tersebut menghambat radiasi sinar matahari yang mencapai permukaan bumi. Sinar matahari sebagian dipantulkan oleh akumulasi gas-gas pencemar tersebut kembali ke angkasa, tetapi tertahan oleh gas lain yang kembali dipantulkan ke bumi yang berakibat semakin panasnya udara di permukaan bumi. Kenaikan suhu bumi ini akan berakibat lebih jauh yaitu: mencairnya es di kutub, meningkatnya permukaan air laut akibat es yang mencair, terendamnya areal pertanian di tepi pantai akibat naiknya air laut, dan menurunnya produksi hasil pertanian karena terendamnya areal pertanian di tepi pantai.

2.     El Nino

El Nino adalah terjadinya pemanasan temperatur air laut di pantai barat Peru–Ekuador yang menyebabkan gangguan iklim secara global. El Nino datang mengganggu setiap dua tahun sampai tujuh tahun sekali. Peristiwa ini diawali dari memanasnya air laut di perairan Indonesia yang kemudian bergerak ke arah timur menyusuri ekuator menuju pantai barat Amerika Selatan sekitar wilayah Peru dan Ekuador. Bersamaan dengan kejadian tersebut air laut yang panas dari pantai barat Amerika Tengah, bergerak ke arah selatan sampai pantai barat Peru-Bolivia sehingga terjadilah pertemuan air laut panas dari kedua wilayah tersebut. Massa air panas dalam jumlah besar terkumpul dan menyebabkan udara di daerah itu memuai sehingga proses konveksi ini menimbulkan tekanan udara menurun (minus). Kondisi ini mengakibatkan seluruh angin yang ada di sekitar Pasifik dan Amerika Latin bergerak menuju daerah tekanan rendah tersebut. Angin muson di Indonesia yang datang dari Asia dengan membawa uap air juga membelok ke daerah tekanan rendah di pantai barat Peru – Ekuador. Peristiwa tersebut mengakibatkan angin yang menuju Indonesia hanya membawa uap air yang sedikit sehingga kemarau yang sangat panjang terjadi di Indonesia. Akibat peristiwa tersebut juga dirasakan di Australia dan Afrika Timur. Sementara itu, di Afrika Selatan justru terjadi banjir besar dan menurunnya produksi ikan akibat melemahnya up-welling. Kemarau panjang akibat El Nino biasanya disertai dengan kebakaran rumput dan hutan. Pada tahun 1994 dan 1997, baik Indonesia maupun Australia mengalami kebakaran akibat peristiwa El Nino.

3.     La Nina

Peristiwa La Nina merupakan kebalikan dari El Nino. La Nina berarti bayi perempuan. La Nina berawal dari melemahnya El Nino sehingga air laut yang panas di pantai Peru dan Ekuador bergerak ke arah barat dan suhu air laut di daerah itu berubah ke kondisi semula (dingin) sehingga up-welling muncul kembali sehingga kondisi cuaca kembali normal. La Nina juga berarti kembalinya kondisi ke keadaan normal setelah terjadinya El Nino. Air laut panas yang menuju arah barat tersebut pada akhirnya sampai di Indonesia yang bertekanan dingin sehingga seluruh angin di sekitar Pasifik Selatan dan Samudra Indonesia bergerak menuju Indonesia.
Angin tersebut menyebabkan hujan lebat dan banjir karena sangat banyaknya uap air yang dibawa. Peristiwa La Nina di Indonesia pada tahun 1955, 1970, 1973, 1975, 1995, dan 1999 terhitung sejak Indonesia merdeka (1945).

4.     Kebocoran Ozon

Ozon dalam rumus kimia sering juga disebut sebagai O3 , kita sering mendengar O2, tetapi jarang mendengar istilah O3. Sebenarnya O3 dan O2 pada kenyataannya mempunyai hubungan yang sangat dekat. Penambahan 1 molekul oksigen pada molekul O2 akan menghasilkan molekul O3. Molekul O3 inilah yang sering kita sebut Ozon.
Pembentukan ozon melibatkan empat reaksi yang dikenal sebagai reaksi Chapman. Berikut reaksinya :
O2 + UV → O+ O
+ O2 → O3
O3 + UV → O2+ O
+ O3 → O2+ O2
Kecepatan reaksi pembentukan ozon sama dengan kecepatan reaksi penguraian ozon, jadi jika mengacu pada ke empat reaksi di atas maka logikanya tidak akan ada istilah kebocoran lapisan ozon, karena Chapman menjelaskan bahwa jumlah dan kecepatan pembentukan ozon akan sama dengan terurainya ozon. Reaksi ini akan selalu bersinergis.
Namanya  radikal bebas, radikal bebas merupakan zat yang berada dalam bentuk yang tidak stabil sehingga sangat reaktif (sangat mudah bereaksi) dengan zat-zat lain yang berada di sekelilingnya dalam usaha mencapai bentuk paling stabil (membentuk molekul baru). Karena sangat reaktif maka gampang berikatan dengan molekul-molekul lain. Radikal bebas yang dikenal sangat kuat adalah golongan halogen, yaitu ion fluorida (F), klorida (Cl), dan bromida (Br). Oksida hidrogen (HO2), nitrogen (NO2), klorin (ClO2), dan bromin (BrO2) yang juga termasuk radikal bebas yang mampu menguraikan ozon.
Sifat radikal bebas yang sangat reaktif tidak memungkinkan zat ini sampai pada lapisan ozon seorang diri. Dia harus sudah berikatan dengan molekul-molekul yang lain dan biasanya ikatan sangat stabil seperti CFC (Chloro Fluoro Carbon) yang dihasilkan oleh buangan kulkas dan AC. Nah Florid yang dibawa oleh CFC ini kemudian akan terurai ketika sampai pada lapisan ozon yang berjarak sekitar 25 Km dari permukaan bumi.
Dengan bantuan panas matahari, zat CFC akan terurai menghasilkan karbon (C) dan Florida (F). Florida inilah yang kemudian mengganggu keseimbangan reaksi pembentukan ozon. O3 tidak akan terbentuk, karena Oksigen akan segera berikatan dengan zat Florida. Jika O3 tidak terbentuk maka penyusun lapisan ozon juga tidak akan terbentuk. Ozon berguna sebagai tebeng bumi dari sinar-sinar berbahaya yang dipancarkan matahari seperti sinar UV. Dan Ozon juga merupakan salah satu lapisan penyusun atmosfer bumi yang melindungi bumi dari benda-benda angkasa yang jatuh ke bumi.
Betapa sangat pentingnya lapisan ozon untuk bumi kita ini. Jika lapisan ozon rusak, sinar-sinar berbahaya seperti UV akan dengan mudah masuk ke permukaan bumi. Padahal sinar UV akan sangat berbahaya untuk kehidupan. Sinar UV sering digunakan dalam mensterilkan kuman-kuman. Ketika manusia atau hewan terpapar sinar UV dengan intensitas lama maka sel akan mengalami mutasi. Kanker mungkin akan menjadi penyebab kematian paling banyak di bumi ketika lapisan ozon bocor. UV akan membunuh mikroorganisme seperti plankton dan tumbuh-tumbuhan. Dimana tumbuh-tumbuhan dan plankton merupakan produsen untuk seluruh makhluk di bumi ini.
Ozon, berasal dari kata kerja bahasa Yunani yang artinya ”mencium”, merupakan suatu bentuk oksigen alotropik (gabungan beberapa unsur) yang setiap molekulnya memuat tiga jenis atom.
Formula ozon adalah O3, berwarna biru pucat, dan merupakan gas yang sangat beracun dan berbau sengit. Ozon mendidih pada suhu –111,9° C (–169.52° F), mencair pada suhu –192,5° C (–314,5° F), dan memiliki gravitasi 2.144. Ozon cair berwarna biru gelap, dan merupakan cairan magnetis kuat. Ozon terbentuk ketika percikan listrik melintas dalam oksigen. Adanya ozon dapat dideteksi melalui bau (aroma) yang ditimbulkan oleh mesin-mesin bertenaga listrik. Secara kimiawi, ozon lebih aktif ketimbang oksigen biasa dan juga merupakan agen oksidasi yang lebih baik. Biasanya ozon digunakan dalam proses pemurnian (purifikasi) air, sterilisasi udara, dan pemutihan jenis makanan tertentu. Di atmosfer, terjadinya ozon berasal dari nitrogen oksida dan gas organik yang dihasilkan oleh emisi kendaraan maupun industri, dan ini berbahaya bagi kesehatan di samping dapat menimbulkan kerusakan serius pada tanaman. Pentingnya pengaturan kadar nitrogen oksida yang dilepas ke udara oleh, misalnya, pembangkit listrik tenaga batu bara adalah untuk menghindari terbentuknya ozon yang dapat menimbulkan penyakit pernapasan seperti bronkitis dan asma.

Lembaga-lembaga penyedia data Cuaca dan Iklim

1.     BMKG

Apabila berurusan dengan prakiraan cuaca dan juga redaksi mengenai alam, anda pasti sudah sangat familier dengan salah satu lembaga pemerintahan yang satu ini. Ya, BMKG atau yang merupakan kependekan dari “Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika”. Badan ini merupakan lembaga pemerintah, yang sebelumnya memiliki nama BMG saja. Lembaga ini memiliki peranan penting dan juga merupakan pemegang otoritas dari segala sesuatu yang berhubungan dengan kejadian – kejadian alam yang terjadi di Indonesia.
BMKG tersebar hampir di seluruh Indonesia dengan peralatan-peralatan canggihnya yang dapat memberikan informasi – informasi penting bagi seluruh masyarakat Indonesia. BMKG sendiri ternyata memiliki banyak sekali manfaat, terutama untuk kepentingan kejadian alam. Apa saja manfaat dari BMKG? Berikut ini adalah beberapa manfaatnya:
Meramalkan cuaca
Manfaat BMKG yang mungkin paling sering kita dengar adalah dalam hal meramal cuaca. BMKG secara rutin dalam waktu tertentu selama 24 jam selalu memantau kondisi cuaca yang kemungkinan akan terjadi pada langit Indonesia. Apakah hari ini akan cerah, mendung, hujan deras, atau berangin. BMKG biasanya memberikan dan meneruskan laporan cuaca yang telah di analisanya kepada stasiun televisi atau stasiun radio untuk kemudian diteruskan kepada masyarakat luas agar mengetahui prakiraan dan juga ramalan cuaca pada hari itu.
Memprediksi pergerakan awan
Salah satu parameter cuaca dan juga kondisi langit yang paling mudah dilihat dan diukur adalah kondisi pergerakan dan juga jenis-jenis awan. BMKG memberikan informasi penting mengenai pergerakan awan, kira-kira daerah mana saja yang akan mengalami mendung hujan sangat lebat, ataupun yang akan mengalami petir dan kilat di suatu daerah
Memberikan informasi mengenai kondisi dan parameter dalam penerbangan
Transportasi penerbangan saat ini merupakan salah satu transportasi yang menjadi banyak pilihan masyarakat, karena dinilai praktis dan juga cepat. Namun demikian, mode transportasi penerbangan ini tidak akan boleh beroperasi dan terbang, sebelum mendapatkan laporan kondisi cuaca dan kondisi keadaan langit dari BMKG terlebih dahulu. Biasanya ada beberapa parameter yang dilaporkan oleh BMKG untuk kepentingan penerbangan pesawat, seperti kecepatan angin, arah angin, jenis awan dan juga kondisi cuaca.
Untuk memberikan informasi yang akurat mengenai kondisi dan parameter dalam pelayaran kapal laut
Selain dalam mode transportasi penerbangan, mode transportasi yang menggunakan jalur laut, yaitu kapal laut pun wajib memilik informasi yang lengkap dan resmi yang dirilis oleh pihak BMKG. Dengan adanya manfaat BMKG, maka nakhoda dan juga para ABK atau anak buah kapal memiliki informasi yang jelas mengenai kondisi cuaca dan juga kondisi dari laut yang nantinya akan mereka hadapi, apakah menghadapi gelombang yang sedang, tinggi, ataupun badai.
Memprediksi bencana alam
Suatu Negara tidak terlepas dari bencana alam. Apalagi Negara seperti Indonesia ini, yang memiliki banyak sekali gunung berapi, berada pada lempeng – lempeng tektonik, dan juga memiliki wilayah laut yang luas. Dengan adanya pantauan dan juga laporan dari BMKG, maka masyarakat akan memperoleh informasi yang akurat mengenai bencana alam yang kemungkinan akan terjadi, sehingga dapat meminimalisasi dampak yang mungkin akan muncul ketika suatu bencana, seperti gunung meletus dan juga tsunami akan terjadi.
Memberi peringatan dini kepada warga sekitar mengenai gejala alam
Hal ini berhubungan dengan kondisi akan munculnya bencana dan juga keadaan alam yang tidak bersahabat. BMKG merupakan salah satu pihak otoritas yang dapat merilis mengenai peringatan dini mengenai gejala-gejala alam yang mungkin akan terjadi. Selain kemungkinan terjadi bencana alam, kondisi hujan es ataupun angin ribut pun dapat diprediksi oleh pihak BMKG, sehingga warga yang tempat tinggalnya akan mengalami suatu gejala alam tertentu dapat diberikan peringatan dini.
Melakukan prosedur hujan buatan
Musim panas atau kemarau merupakan salah satu musim dimana curah hujan menjadi sangat jarang, bahkan tidak ada sama sekali. Salah satu efek dari musim kemarau ini adalah kondisi tanah dan lingkungan yang menjadi sangat kering dan juga gersang. Untuk mencegah hal ini terjadi, maka manfaat BMKG bagi masyarakat dapat melakukan prosedur hujan buatan. Dimana pihak BMKG akan menanamkan bibit hujan pada awan, agar nantinya awan putih biasa dapat berubah menjadi awan hujan, yang dapat membasahi dan mengatasi kekeringan.
Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai perubahan cuaca ekstrem dan juga perubahan iklim
BMKG juga bermanfaat untuk memberikan informasi yang akurat kepada masyarakat mengenai perubahan cuaca ekstrem yang terjadi pada suatu daerah, ataupun juga mengenai perubahan iklim. Hal ini lebih bersifat mengedukasi masyarakat mengenai perubahan cuaca dan juga iklim yang terjadi.
Melakukan penelitian mengenai klimatologi
BMKG juga dapat membantu mengembangkan segala bentuk dan jenis penelitian mengenai cuaca, iklim dan juga klimatologi. Penelitian ini tentunya akan sangat bermanfaat untuk kepentingan ilmu pengetahuan terkait di masa yang akan datang.
Menentukan posisi bulan dan juga benda angkasa lainnya
BMKG juga dapat membantu untuk memberikan lokasi dan titik posisi dari bulan dan juga benda angkasa lainnya. Hal ini akan terasa manfaatnya ketika bulan puasa dan juga lebaran akan datang. BMKG akan membantu untuk mengukur dan melihat posisi bulan, yang mana dijadikan sebagai patokan para umat Muslim untuk menentukan tanggal puasa dan juga lebaran.
Memberikan informasi mengenai benda langit yang sedang berada di dekat bumi
Benda langit terkadang melintas di dekat bumi. Kondisi ini dapat diprediksi oleh para ahli di BMKG, yang kemudian menginformasikan kepada masyarakat mengenai benda angkasa apa saja yang sedang berada di dekat bumi, untuk kepentingan penelitian, dan juga ilmu pengetahuan.
Menjelaskan fenomena alam
Terkadang ada beberapa fenomena alam yang agak sulit dijelaskan bagi orang awam yang tidak memahami alam. BMKG merupakan salah satu lembaga yang kompeten dalam bidang fenomena alam, dapat membantu masyarakat dalam memahami fenomena-fenomena alam yang terjadi sehari-hari, agar tidak terjadi kebingungan.
Situs BMKG di sini

2.     LAPAN

National Institute of Aeronautics and Space (Indonesian: Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional/LAPAN) is the Indonesian government space agency. It was established on November 27, 1963, by former Indonesian president Sukarno after one year’s existence of an informal space agency organization. LAPAN is responsible for long-term civilian and military aerospace research. For over two decades, it has managed satellites and domain-developed small scientific-technology satellites Lapan and telecommunication satellites Palapa, which were built by Hughes (now Boeing Satellite Systems) and launched from the US on Delta rockets or from French Guiana using Ariane 4 and Ariane 5 rockets. It has also developed sounding rockets and has been trying to develop small orbital space launchers. The LAPAN A1 in 2007 and LAPAN A2 satellites were launched by India in 2015.