BAB 7
(DINAMIKA HIDROSFER DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEHIDUPAN)

Bumi merupakan satu-satunya planet dalam sistem keluarga matahari yang sebagian besar wilayahnya tertutup oleh wilayah perairan, baik dalam bentuk padat (lembaran-lembaran salju dan es), cair, maupun bentuk gas (uap air). Bentang perairan yang menyelubungi planet Bumi dinamakan hidrosfer. Berdasarkan hasil pengamatan para ahli hidrosfer menutupi sekitar ¾ bagian muka Bumi, baik yang terletak di kawasan darat dalam bentuk air permukaan (sungai, danau, rawa, laut), dan air tanah, ataupun di atmosfer dalam bentuk uap air. Cabang ilmu kebumian yang secara khusus mempelajari bentang perairan terutama di kawasan darat adalah hidrologi, sedangkan yang mempelajari permasalahan yang berhubungan dengan bentang perairan laut dinamakan oseanografi.
Siklus hidrologi.
Sirkulasi atau perputaran massa air di Bumi diawali dengan proses pemanasan muka Bumi oleh pancaran sinar matahari. Akibat proses pemanasan ini, sebagian massa air mengalami penguapan ke udara.
Proses penguapan air terjadi dalam beberapa cara yaitu sebagai berikut.
1.     Evaporasi, adalah proses penguapan air dari permukaan Bumi (yang berasal dari danau, laut, dan sungai) secara langsung melalui pemanasan atau penyinaran matahari.
2.     Transpirasi, adalah proses penguapan air dari tubuh makhluk hidup melalui aktivitas metabolisme organisme (tumbuhan, hewan, dan manusia).
3.     Evapotranspirasi, adalah gabungan proses penguapan evaporasi dan transpirasi.
Pada saat massa air menguap ke atmosfer, uap air tersebut mengalami penurunan suhu yaitu 0,5°C–0,6°C. Akibat penurunan suhu atmosfer terjadi proses kondensasi atau pengembunan di mana uap air kembali berubah menjadi titik-titik air yang dikenal dengan awan. Kumpulan awan pada atmosfer ada kalanya dipindahkan lokasinya ke wilayah lain oleh gerakan angin. Namun, terkadang langsung dijatuhkan kembali sebagai curahan hujan atau presipitasi. Di daerah pegunungan tinggi, curahan hujan ini dapat terjadi dalam bentuk kristal es dan salju karena suhu udara di sekitarnya sangat dingin di bawah titik beku.
Beberapa proses alam yang terjadi pada saat hujan turun adalah sebagai berikut.
1.     Langsung jatuh kembali ke laut.
2.     Sebelum sampai ke permukaan Bumi, langsung menguap kembali ke atmosfer.
3.     Jatuh di atas daun-daun dan ranting tetumbuhan dan menguap kembali ke atmosfer sebelum sampai ke permukaan Bumi. Proses penguapan titik-titik air hujan dari ranting dan dedaunan ini dinamakan intersepsi.
4.     Jatuh ke permukaan Bumi dan meresap melalui lapisan-lapisan tanah dan menjadi persediaan air tanah. Proses ini dinamakan infiltrasi.
5.     Jatuh ke permukaan Bumi dan menggenang, kemudian bergerak atau mengalir di permukaan Bumi sebagai air larian permukaan (surface run off). Proses ini dapat terjadi jika tanah sudah jenuh air karena hujan berlangsung lama dengan intensitas tinggi atau tanahnya miring.
Proses transformasi massa air ini terus berlangsung, seolah-olah membentuk lingkaran daur yang tidak terputus. Oleh karena itu, proses sirkulasi air di Bumi ini dinamakan Siklus Hidrologi.
Siklus air kecil
Karena terjadi pemanasan oleh sinar matahari, air di laut/lautan menguap, membubung di udara. Di udara uap air mengalami penurunan suhu karena perbedaan ketinggian (setiap naik 100 meter suhu udara turun 0,5°C). Dengan demikian semakin ke atas suhu udara semakin rendah, sehingga terjadi proses kondensasi (pengembunan).Penguapan Hujan Awan Uap air berubah menjadi butir-butir air terkumpul menjadi awan atau mendung dan akhirnya jatuh ke permukaan laut sebagai hujan.
Siklus air sedang
Uap air yang berasal dari laut di tiup angin bergerak sampai di atas daratan bergabung dengan uap air yang berasal dari sungai, danau, tumbuh-tumbuhan dan benda-benda lainnya. Setelah mencapai ketinggian tertentu uap air berkondensasi membentuk butir-butir air  terkumpul
menjadi awan dan jatuh di atas daratan sebagai hujan. Air hujan yang jatuh di daratan mengalir kembali ke laut melalui sungai, permukaan tanah dan melalui resapan di dalam tanah.
Siklus air besar
Uap air yang berasal dari lautan setelah sampai di atas daratan karena dibawa angin bergabung dengan uap air yang berasal dari danau, sungai, awa, tumbuh-tumbuhan dan benda-benda lain. Uap yang telah bergabung tersebut tidak saja berkondensasi bahkan membeku, menjadi  awan  yang terdiri dari kristal-kristal es. Kristal es turun ke daratan sebagai salju, salju mencair  dan mengalir sebagai gletser kemudian akhirnya kembali lagi ke laut.
Holtzman memberikan gambaran siklus air secara keseluruhan sebagai berikut: akibat pemanasan oleh sinar matahari air yang ada di laut, sungai, danau, rawa dan benda-benda lainnya menguap membubung ke angkasa. Setelah mencapai ketinggian tertentu (karena pengaruh suhu) uap air berubah  menjadi awan atau titik-titik air. Awan turun ke permukaan bumi berupa hujan. Sebagian air hujan turun di permukaan laut dan sebagian lainnya turun di atas daratan. Air hujan yang turun di darat sebagian disimpan menjadi air tanah dan sebagian lagi mengalir kembali ke laut melalui sungai.
Karakteristik dan dinamika perairan laut.
Jenis Laut
Ada beberapa jenis laut, menurut cara terjadinya kita mengenal adanya laut Transgresi, laut Ingresi dan laut Regresi.
1.     Laut Transgresi (laut yang meluas), terjadi karena adanya perubahan permukaan laut secara positif (secara meluas). Perubahan permukaan ini terjadi karena naiknya permukaan air laut atau daratannya yang turun, sehingga bagian-bagian daratan yang rendah tergenang air laut. Perubahan ini terjadi pada zaman es. Contoh laut jenis ini adalah laut Jawa, laut Arafuru dan laut Utara.
2.     Laut Ingresi, adalah laut yang terjadi karena adanya penurunan tanah di dasar laut. Oleh karena itu laut ini juga sering disebut laut tanah turun. Penurunan tanah di dasar laut akan membentuk lubuk laut dan palung laut. Lubuk laut atau basin adalah penurunan di dasar laut yang berbentuk bulat. Contohnya lubuk Sulu, lubuk Sulawesi, lubuk Banda dan lubuk Karibia. Sedangkan Palung Laut atau trog adalah penurunan di dasar laut yang bentuknya memanjang. Contohnya palung Mindanau yang dalamnya 1.085 m, palung Sunda yang dalamnya 7.450 m, palung Jepang yang dalamnya 9.433 m serta palung Mariana yang dalamnya 10.683 m (terdalam di dunia).
3.     Laut Regresi, adalah laut yang menyempit. Penyempitan terjadi karena adanya pengendapan oleh batuan (pasir, lumpur dan lain-lain) yang dibawa oleh sungai sungai yang bermuara di laut tersebut. Penyempitan laut banyak terjadi di pantai utara pulau Jawa.
Menurut letaknya, laut dibedakan menjadi tiga yaitu laut tepi, laut pertengahan dan laut pedalaman.
1.     Laut tepi (laut pinggir), adalah laut yang terletak di tepi benua (kontinen) dan seolah-olah terpisah dari samudera luas oleh daratan pulau-pulau atau jazirah. Contohnya laut Cina Selatan dipisahkan oleh kepulauan Indonesia dan kepulauan Filipina.
2.     Laut pertengahan, adalah laut yang terletak di antara benua-benua. Lautnya dalam dan mempunyai gugusan pulau-pulau. Contohnya laut Tengah di antara benua Afrika-Asia dan Eropa, laut Es Utara di antara benua Asia dengan Amerika dan lain-lain.
3.     Laut pedalaman, adalah laut-laut yang hampir seluruhnya dikelilingi oleh daratan. Contohnya laut Kaspia, laut Hitam dan laut Mati.
Berdasarkan kedalamannya laut dibedakan menjadi 4 wilayah (zona) yaitu: zona Litoral, zona Neritik, zona Bathyal dan zona Abysal.
1.     Zona Lithoral, adalah wilayah pantai atau pesisir atau shore. Di wilayah ini pada saat air pasang tergenang air dan pada saat air laut surut berubah menjadi daratan. Oleh karena itu wilayah ini sering juga disebut wilayah pasang-surut.
2.     Zona Neritic (wilayah laut dangkal), yaitu dari batas wilayah pasang surut hingga kedalaman 150 m. Pada zona ini masih dapat ditembus oleh sinar matahari sehingga pada wilayah ini paling banyak terdapat berbagai jenis kehidupan baik hewan maupun tumbuh-tumbuhan. Contohnya laut Jawa, laut Natuna, selat Malaka dan laut-laut di sekitar kepulauan Riau.
3.     Zona Bathyal (wilayah laut dalam), adalah wilayah laut yang memiliki kedalaman antara 150 m hingga 1800 m. Wilayah ini tidak dapat tertembus sinar matahari, oleh karena itu kehidupan organismenya tidak sebanyak yang terdapat di wilayah Neritik.
4.     Zone Abyssal (wilayah laut sangat dalam), yaitu wilayah laut yang memiliki kedalaman di atas 1800 m. Di wilayah ini suhunya sangat dingin dan tidak ada tumbuh-tumbuhan. Jenis hewan yang dapat hidup di wilayah ini sangat terbatas.
Cara Mengukur Kedalaman Laut
Ada dua cara yang dapat ditempuh untuk mengukur kedalaman laut yaitu dengan menggunakan teknik bandul timah hitam (drad loading) dan teknik Gema duga atau Echo Sounder atau Echo loading.
Teknik Bandul Timah Hitam (dradloading)
Teknik ini ditempuh dengan menggunakan tali panjang yang ujungnya diikat dengan bandul timah sebagai pemberat. Dari sebuah kapal tali diturunkan hingga bandul menyentuh dasar laut. Selanjutnya panjang tali diukur dan itulah kedalaman laut. Cara ini sebenarnya tidak begitu tepat karena tali tidak bisa tegak lurus akibat pengaruh arus laut. Di samping itu kadang-kadang bandul tidak sampai ke dasar laut karena tersangkut karang. Cara ini juga memerlukan waktu lama. Namun demikian cara ini memiliki kelebihan yaitu dapat mengetahui jenis batuan di dasar laut, suhu dan juga mengetahui apakah di dasar laut masih terdapat organisme yang bisa hidup.
Gema duga atau Echo Sounder atau Echoloading
Penggunaan teknik ini didasarkan pada hukum fisika tentang perambatan dan pemantulan bunyi dalam air. Isyarat bunyi yang dikeluarkan dari sebuah peralatan yang dipasang di dasar kapal memiliki kecepatan merambat rata-rata 1600 meter per detik sampai membentur dasar laut. Setelah membentur dasar laut bunyi dipantulkan dalam bentuk gema dan ditangkap melalui sebuah peralatan yang juga dipasang di dasar kapal. Jarak waktu yang diperlukan untuk perambatan dan pemantulan dapat diterjemahkan sebagai kedalaman laut. Cara ini dianggap lebih praktis, cepat dan akurat. Namun kita tidak dapat memperoleh informasi tentang suhu, jenis batuan dan tanda-tanda kehidupan di dasar laut.
Rumus untuk mencari kedalaman laut melalui teknik gema duga adalah sebagai berikut:
d = x V x t 1
di mana
d = kedalaman laut,
V = kecepatan suara dalam laut dan
t = waktu
Jadi misalnya diketahui waktu yang diperlukan untuk perambatan bolak-balik (t) ada 4 detik dan kecepatan suara dalam laut (V) = 1600 m/detik, maka kedalaman laut dapat dihitung sebagai berikut: d = 12 x 1600 m x 4 d = 12 x 6400 m = 3200   Jadi kedalaman laut adalah 3200 m.
Gerakan Air Laut
Ada tiga hal yang akan kita bahas sehubungan dengan gerakan air laut ini yaitu arus laut, gelombang laut dan pasang surut air laut.
Arus Laut
Arus laut atau sea current adalah gerakan massa air laut dari satu tempat ke tempat lain baik secara vertikal maupun secara horizontal Menurut letaknya arus dibedakan menjadi dua yaitu arus atas dan arus bawah. Arus atas adalah arus yang bergerak di permukaan laut. Sedangkan arus bawah adalah arus yang bergerak di bawah permukaan laut. Menurut suhunya kita mengenal adanya arus panas dan arus dingin. Arus panas adalah arus yang bila suhunya lebih panas dari daerah yang dilalui. Sedang kan arus dingin adalah arus yang suhunya lebih dingin dari daerah yang dilaluinya.
Di Samudra Pasifik
Di Sebelah Utara Khatulistiwa
·         Arus Khatulistiwa Utara merupakan arus panas yang mengalir menuju arah barat sejajar dengan khatulistiwa yang di dorong oleh angin pasat timur laut
·         Arus Kuroshio merupakan arus panas yang menyurut sebelah timur kepulauan Jepang dan ke pesisir Amerika Utara. Arus ini di dorong oleh angin barat
·         Arus Kalifornia merupakan arus yang mengalir di sepanjang pesisir barat Amerika Utara ke arah selatan menuju khatulistiwa. Arus kalifornia adalah lanjutan arus kuroshio dan termasuk arus menyimpang karena pengaruh daratan serta arus dingin
·         Arus Oyashio merupakan arus dingin dari selat Bering atau angin timur yang menuju ke selatan Kepulauan Jepang dan bertemu dengan arus Kuroshio. Pertemuan arus dingin Oyashio dengan arus panas Kuroshio terdapat daerah perikanan yang kaya akan ikan karena daerah tersebut terdapat plankton yang sangat melimpah
Di Sebelah Selatan Khatulistiwa
·         Arus Khatulistiwa Selatan merupakan arus panas yang bergerak ke barat sejajar dengan garis khatulistiwa akibat angin pasat tenggara
·         Arus Humbold atau arus Peru merupakan arus dingin dari Amerika Selatan ke arah utara. Arus jenis ini di dorong oleh angin pusat tenggara
·         Arus Australia Timur merupakan lanjutan arus Khatulistiwa Selatan yang mengalir di sepanjang pesisir Australia Timur dari arah utara ke selatan
·         Arus Angin Barat merupakan lanjutan dari sebagian arus Australia Timur yang mengalir menuju ke timur pada lintang 300 – 400 LS. Arus jenis ini di dorong oleh angin barat
Di Samudra Atlantik
Di Sebelah Utara Khatulistiwa
·         Arus Khatulistiwa Utara merupakan arus panas di dorong oleh angin pasat timur laut
·         Arus Teluk Gulfstrem merupakan arus panas dari khatulistiwa menuju teluk Mexico dan keluar melalui Selat Florida sebagai arus Florida
·         Arus Greenland Timur merupakan arus laut dingin yang bergerak dari kutub utara menuju pulau Greenland
·         Arus Labrador merupakan arus yang berasal dari kutub utara yang mengalir ke selatan menyusuri pantai timur Labrador. Arus Labrador ini di dorong oleh angin timur dan merupakan arus dingin yang umumnya membawa gunung es untuk dihanyutkan
·         Arus Canari merupakan arus dingin kelanjutan arus teluk dari daratan Spanyol ke selatan menyusuri pantai barat Afrika Utara
Di Sebelah Selatan Khatulistiwa
·         Arus Khatulistiwa Selatan merupakan arus panas yang mengalir menuju ke barat sejajar dengan khatulistiwa. Arus ini termasuk arus panas dan di dorong ke selatan oleh angin pasat tenggara
·         Arus Brazilia merupakan arus panas yang mengalir menyusuri pantai Amerika Selatan atau Brazilia dan terus mengalir ke selatan
·         Arus Benguela merupakan arus dingin dari angin barat ke arah utara menyusuri pantai barat Afrika Selatan
·         Arus Angin Barat merupakan arus lanjutan dari sebagian arus Brazilia yang mengalir ke arah timur pada lintang 300 – 400 LS yang sejajar dengan garis ekuator. Arus ini di dorong oleh angin barat dan termasuk arus dingin
Di Samudra Hindia
Di Sebelah Utara Khatulistiwa
Arus Laut di Samudra Hindia ini berbeda dengan arus di Samudra lain karena mengalami pergantian arah dan kecepatan yang tidak tetap dalam setengah tahunnya yang dipengaruhi oleh pergerakan angin musim
·         Arus Muson Barat Daya merupakan arus panas yang mengalir menuju ke timur menyusuri laut Arab dan Teluk Benguela. Arus ini di dorong oleh angin Muson Barat Daya
·         Arus Muson Timur Laut merupakan arus panas yang mengalir menuju ke barat menyusuri teluk Benguela dan laut Arab. Arus ini di dorong oleh angin Muson Timur Laut
Di Sebelah Selatan Khatulistiwa
·         Arus Khatulistiwa Selatan merupakan arus panas dari arus Khatulistiwa ke arah barat dan di dorong oleh angin pasat tenggara
·         Arus Maskarena dan Arus Agulhas merupakan arus menyimpang dan juga termasuk arus panas. Arus Maskarena mengalir menuju ke selatan dan menyusuri pantai Pulau Madagaskar Timur. Sedangkan arus Agulhas mengalir menuju ke selatan dan menyusuri pantai Pulau Madagaskar Barat
·         Arus Angin Barat merupakan arus laut dingin yang menyusuri pantai barat Benua Australia ke arah utara.
Gelombang Laut
Gelombang laut atau ombak merupakan gerakan air laut yang paling umum dan mudah kita amati. Helmholts menerangkan prinsip dasar terjadinya gelombang laut sebagai berikut: Jika ada dua massa benda yang berbeda kerapatannya (densitasnya) bergeseran satu sama lain, maka pada bidang geraknya akan terbentuk gelombang. Gelombang terjadi karena beberapa sebab, antara lain: karena angin. Gelombang terjadi karena adanya gesekan angin di permukaan, oleh karena itu arah gelombang sesuai dengan arah angin. Karena menabrak pantai. Gelombang yang sampai ke pantai akan terjadi hempasan dan pecah. Air yang pecah itu akan terjadi arus balik dan membentuk gelombang, oleh karena itu arahnya akan berlawanan dengan arah datangnya gelombang. Karena gempa bumi. Gelombang laut terjadi karena adanya gempa di dasar laut. Gempa terjadi karena adanya gunung laut yang meletus atau adanya getaran atau pergeseran kulit bumi di dasar laut. Gelombang yang ditimbulkan biasanya besar dan sering disebut dengan gelombang “tsunami”. Contohnya ketika gunung Krakatau meletus pada tahun 1883, menyebabkan terjadinya gelombang tsunami yang banyak menimbulkan banyak kerugian. dapat dikatakan arus merupakan derasnya aliran air laut, baik aliran naik turun (vertikal) maupun aliran mendatar (horizontal). Sedangkan gelombang merupakan gerakan naik turunnya air laut. Titik tertinggi pada gerakan naik disebut puncak gelombang sedangkan titik terendah pada gerakan menurun disebut lembah gelombang.
Pasang Surut (Ocean Tide)
Pasang naik dan pasang surut merupakan bentuk gerakan air laut yang terjadi karena pengaruh gaya tarik bulan dan matahari terhadap bumi. Hal ini didasarkan pada hukum Newton yang berbunyi:
“Dua benda akan terjadi saling tarik menarik dengan kekuatan yang berbanding terbalik dengan pangkat dua jaraknya.”
Berdasarkan hukum tersebut berarti makin besar/jauh jaraknya makin kecil daya tariknya. Karena jarak dari bumi ke matahari lebih jauh dari pada ke jarak bulan, maka pasang surut permukaan air laut lebih banyak dipengaruhi oleh bulan. Ada dua macam pasang surut.
·         Pasang Purnama, ialah peristiwa terjadinya pasang naik dan pasang surut tertinggi (besar). Pasang besar terjadi pada tanggal 1 (berdasarkan kalender bulan) dan pada tanggal 14 (saat bulan purnama). Pada kedua tanggal tersebut posisi Bumi – Bulan – Matahari berada satu garis (konjungsi) sehingga kekuatan gaya tarik bulan dan matahari berkumpul menjadi satu menarik permukaan bumi. Permukaan bumi yang menghadap ke bulan mengalami pasang naik besar. Sedangkan permukaan bumi yang tidak menghadap ke bulan mengalami pasang surut besar.
·         Pasang Perbani, ialah peristiwa terjadinya pasang naik dan pasang surut terendah (kecil). Pasang kecil terjadi pada tanggal 7 dan 21 kalender bulan. Pada kedua tanggal tersebut posisi Matahari – Bulan – Bumi membentuk sudut 90°. Gaya tarik Bulan dan Matahari terhadap Bumi berlawanan arah sehingga kekuatannya menjadi berkurang (saling melemahkan) dan terjadilah pasang terendah (rendah).Terjadinya peristiwa pasang surut permukaan air laut sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia, antara lain: untuk kepentingan penelitian, usaha per tambakan, kepentingan militer misalnya untuk mengatur pendaratan pasukan katak, sumber energi listrik, usaha pertanian lahan pasang surut.
Pemanfaatan Gerakan Air Laut dalam Kehidupan
Jika Anda sedang di tepi pantai atau sedang berlayar, amatilah air laut, di sana Anda akan melihat bahwa air laut tidaklah diam. Banyak hal yang mempengaruhi gerakan air laut, salah satu di antaranya yang paling penting adalah gerakan angin. Air akan bergerak sesuai arah angin. Gerakan air laut sebenarnya salah satu anugerah yang dapat kita manfaatkan. Dalam kehidupan kita gerakan air laut antara lain dapat dimanfaatkan untuk keperluan pelayaran, perikanan, energi (pembangkit tenaga listrik), pertanian laut dan pariwisata.
Pelayaran
Informasi tentang gerakan air laut sangat diperlukan dalam bidang pelayaran terutama kapal atau perahu yang menggunakan layar. Kapal besar sekalipun pada prinsipnya dalam perjalanan pelayarannya tidak mau berbenturan dengan ombak maupun arus sehingga informasi tentang gerakan air laut sangat diperlukan.
Perikanan
Gerakan air laut berpengaruh pada gerakan plankton (fitoplankton). Tempat-tempat yang banyak planktonnya biasanya di situ banyak berkumpul ikan. Oleh karena itu bagi para nelayan, informasi tentang gerakan air laut dapat dimanfaatkan untuk mendeteksi tempat-tempat berkumpulnya berbagai jenis ikan.
Energi (pembangkit tenaga listrik)
Belanda dan Perancis merupakan contoh negara yang telah memanfaatkan gerakan air laut sebagai sumber energi (yaitu sebagai pembangkit tenaga listrik). Sedangkan di Indonesia hal ini masih dalam tahap uji coba. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) bekerja sama dengan pemerintah Belanda kini sedang melakukan uji coba membangun proyek pembangkit tenaga listrik dengan memanfaatkan gerakan air laut di selat Bali.
Pertanian
Laut Informasi tentang gerakan air laut sangat diperlukan bagi para petani yang bergerak di bidang pertanian laut. Sebagai contoh para petani yang melakukan usaha di bidang pertanian laut (seperti budidaya rumput laut, budidaya kerang, mutiara dan lain-lain), kalau tidak memperhitungkan gerakan air laut, maka hasil pertaniannya akan hanyut terbawa oleh air laut sehingga mengalami gagal panen.
Pariwisata
Olahraga selancar, dayung, diving, lomba perahu layar dan lain-lain yang banyak memperhitungkan faktor gerakan air laut sangat diminati oleh para wisatawan. Olahraga selancar angin misalnya, memerlukan tempat yang gelombangnya besar.
Mineral Perairan Laut dan Pemanfaatannya
Banyak mineral yang terdapat di perairan laut yang dapat kita manfaatkan misalnya garam, kapur minyak bumi, fosfat, kalsium karbonat dan lain-lain.
Garam
Sebagaimana kita ketahui garam merupakan salah satu mineral yang sangat di butuh kan oleh tubuh kita. Pengambilan garam dilakukan dengan cara mengeringkan air laut.
Minyak bumi
Selain di darat, minyak bumi juga ditemukan di dasar laut, misalnya ladang minyak di celah Timor, laut Natuna, laut Cina Selatan dan lain-lain.
Kapur atau Gamping
Batu kapur banyak kita temukan tersebar di dasar laut dangkal. Batu kapur merupakan bahan baku dalam industri semen, alat tulis, gula, gelas dan lain-lain. Selain itu batu kapur juga diperlukan sebagai bahan bangunan.
Fosfat
Binatang-binatang laut seperti ikan, udang, alga, teripang, kerang, mutiara dan lain -lain yang hidup di terumbu-terumbu karang secara alami akan mengalami siklus biologi. Sisa-sisa kehidupan dari hasil siklus tersebut merupakan bahan fosfat yang sangat diperlukan sebagai bahan dasar industri pupuk.
Kalsium karbonat
Kalsium karbonat diperlukan sebagai bahan pembuatan potas. Kalsium karbonat diperoleh dari rumput laut.
Persebaran dan pemanfaatan biota laut.
Anda tentu masih ingat, pada kegiatan sebelumnya Anda telah mempelajari berbagai mineral perairan laut dan manfaatnya, Organisme laut dan pemanfaatannya. Banyak organisme yang terdapat di laut, namun pada kegiatan ini kita batasi untuk mengupas organisme laut jenis Plankton, Nekton dan Bentos.
Plankton
·         Fitoplankton, adalah tumbuh-tumbuhan air yang berukuran kecil, ia melayang-layang di air dan merupakan organisme laut yang menjadi makanan utama bagi ikan-ikan laut berukuran sedang dan kecil. Ia mampu memproduksi makanannya sendiri melalui proses fotosintesis. Contoh plankton ini yaitu Alga merah banyak terdapat di Laut Merah, Alga biru banyak terdapat di Laut Tropik, Dinophysis, Navicula dan lain-lain.
·         Zooplankton, adalah sebuah koloni (kelompok) yang terdiri dari berbagai-jenis hewan kecil yang sangat banyak jumlahnya. Contoh zooplankton misalnyaCopepod, Tomopteris, Arrow Wori, Jelly Fish (ubur-ubur) dan Crustacea. Di samping menjadi makanan utama ikan, tumpukan bangkai plankton di laut dangkal juga merupakan bahan dasar bagi terbentuknya mineral laut seperti gas dan minyak bumi setelah mengalami proses panjang dalam jangka waktu ribuan bahkan jutaan tahun.
Nekton
Nekton adalah hewan-hewan laut yang dapat bergerak sendiri ke sana ke mari seperti ikan-ikan laut, reptil laut, mamalia laut, cumi-cumi dan lain-lain. Nekton merupakan organisme laut yang sangat bermanfaat bagi manusia terutama untuk perbaikan gizi dan peningkatan ekonomi. Tumpukan bangkai nekton merupakan bahan dasar bagi terbentuknya mineral laut seperti gas dan minyak bumi setelah mengalami proses panjang dalam jangka waktu ribuan bahkan jutaan tahun.
Bentos
Bentos adalah organisme yang hidup di dasar laut baik yang menempel pada pasir maupun lumpur. Beberapa contoh bentos antara lain kerang, bulu babi, bintang laut, cambuk laut, terumbu karang dan lain-lain. Tubuh bentos banyak mengandung mineral kapur. Batu-batu karang yang biasa kita lihat di pantai merupakan sisa-sisa rumah atau kerangka bentos. Jika timbunannya.
sangat banyak rumah-rumah binatang karang ini akan membentuk Gosong Karang, yaitu dataran di pantai yang terdiri dari batu karang. Selain Gosong Karang ada juga Atol, yaitu pulau karang yang berbentuk cincin atau bulan sabit. Batu-batu karang yang dihasilkan oleh bentos dapat dimanfaatkan untuk keperluan penelitian, rekreasi, sebagai bahan bangunan dan lain-lain. Sedangkan zat kimia yang terkandung dalam tubuh bentos bisa dimanfaatkan sebagai bahan untuk pembuatan obat dan kosmetika.
Pemanfaatan Perairan Laut dalam Kehidupan
Sebagaimana perairan darat, perairan laut juga sangat bermanfaat bagi kehidupan kita. Secara umum perairan laut dapat dimanfaatkan sebagai: sarana transportasi, usaha perikanan, usaha pertambangan, sumber bahan baku obat-obatan dan kosmetika, sumber energi, rekreasi serta pendidikan dan penelitian.
Sarana transportasi
Pemanfaatan perairan laut sebagai sarana transportasi sudah dikenal sejak jaman nenek moyang dulu. Mereka memanfaatkan sarana transportasi laut untuk kepentingan pindah tempat (mencari tempat tinggal baru), ekonomi dan lain-lain.
Usaha perikanan
Laut memiliki banyak jenis ikan dalam jumlah yang banyak pula. Oleh karena itu jika potensi ini dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya dapat meningkatkan kualitas gizi serta perbaikan ekonomi.
Usaha pertambangan
Sebagaimana telah disebutkan, bahwa di dasar laut tersimpan mineral tambang yang berupa gas dan minyak bumi. Oleh karena itu dapat dimanfaatkan sebagai usaha pertambangan.
Usaha budi daya rumput laut
Perairan laut terutama di laut dangkal merupakan tempat yang sangat bagus untuk usaha budi daya rumput laut. Selain sebagai sumber bahan makanan dan minuman, unsur kimia yang ter dapat di dalam rumput laut dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan obat dan kosmetika.
Sumber bahan baku obat-obatan dan kosmetika
Berbagai unsur kimia terdapat dalam tubuh biota laut seperti zooplankton, nekton, rumput laut dan lain-lain dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku dalam pembuatan obat dan kosmetika.
Sumber Energi
Perbedaan suhu air laut, gelombang pasang surut dan angin di atas laut mempunyai potensi jika dimanfaatkan sebagai sumber energi.
Rekreasi
Perairan laut rata-rata pemandangannya indah terutama di daerah pantai. Namun tidak jarang kita temukan pemandangan indah yang terdapat di bawah laut, oleh karena itu sangat potensial untuk dimanfaatkan sebagai tempat rekreasi.
Pendidikan dan Penelitian
Bagi para mahasiswa, ilmuwan serta peminat kelautan lainnya, laut merupakan laboratorium yang dapat dijadikan sarana untuk melakukan pendidikan dan penelitian di bidang ilmu kelautan (Oseanografi).
Pencemaran dan konservasi perairan laut.
Konservasi itu sendiri merupakan berasal dari kata Conservation yang terdiri atas kata con (together) dan servare (keep/save) yang memiliki pengertian mengenai upaya memelihara apa yang kita punya (keep/save what you have), namun secara bijaksana (wise use). Ide ini dikemukakan oleh Theodore Roosevelt (1902) yang merupakan orang Amerika pertama yang mengemukakan tentang konsep konservasi.
Sedangkan menurut Rijksen (1981), konservasi merupakan suatu bentuk evolusi kultural dimana pada saat dulu, upaya konservasi lebih buruk daripada saat sekarang. Konservasi juga dapat dipandang dari segi ekonomi dan ekologi dimana konservasi dari segi ekonomi berarti mencoba mengalokasikan sumber daya alam untuk sekarang, sedangkan dari segi ekologi, konservasi merupakan alokasi sumber daya alam untuk sekarang dan masa yang akan datang.
Apabila merujuk pada pengertiannya, konservasi didefinisikan dalam beberapa batasan, sebagai berikut :
1.     Konservasi adalah menggunakan sumber daya alam untuk memenuhi keperluan manusia dalam jumlah yang besar dalam waktu yang lama (American Dictionary).
2.     Konservasi adalah alokasi sumber daya alam antar waktu (generasi) yang optimal secara sosial (Randall, 1982).
3.     Konservasi merupakan manajemen udara, air, tanah, mineral ke organisme hidup termasuk manusia sehingga dapat dicapai kualitas kehidupan manusia yang meningkat termasuk dalam kegiatan manajemen adalah survei, penelitian, administrasi, preservasi, pendidikan, pemanfaatan dan latihan (IUCN, 1968).
4.     Konservasi adalah manajemen penggunaan biosfer oleh manusia sehingga dapat memberikan atau memenuhi keuntungan yang besar dan dapat diperbaharui untuk generasi-generasi yang akan datang (WCS, 1980).
Pada awalnya, upaya konservasi di dunia ini telah dimulai sejak ribuan tahun yang lalu. Naluri manusia untuk mempertahankan hidup dan berinteraksi dengan alam dilakukan antara lain dengan cara berburu, yang merupakan suatu kegiatan baik sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan hidup, ataupun sebagai suatu hobi/hiburan.
Di Asia Timur, konservasi sumber daya alam hayati (KSDAH) dimulai saat Raja Asoka (252 SM) memerintah, dimana pada saat itu diumumkan bahwa perlu dilakukan perlindungan terhadap binatang liar, ikan dan hutan. Sedangkan di Inggris, Raja William I (1804 M) pada saat itu telah memerintahkan para pembantunya untuk mempersiapkan sebuah buku berjudul Doomsday Book yang berisi inventarisasi dari sumber daya alam milik kerajaan.
Kebijakan kedua raja tersebut dapat disimpulkan sebagai suatu bentuk konservasi sumber daya alam hayati pada masa tersebut dimana Raja Asoka melakukan konservasi untuk kegiatan pengawetan, sedangkan Raja William I melakukan pengelolaan sumber daya alam hayati atas dasar adanya data yang akurat. Namun dari sejarah tersebut, dapat dilihat bahwa bahkan sejak jaman dahulu, konsep konservasi telah ada dan diperkenalkan kepada manusia meskipun konsep konservasi tersebut masih bersifat konservatif dan eksklusif (kerajaan). Konsep tersebut adalah konsep kuno konservasi yang merupakan cikal bakal dari konsep modern konservasi dimana konsep modern konservasi menekankan pada upaya memelihara dan memanfaatkan sumber daya alam secara bijaksana.
Kawasan konservasi perairan merupakan bagian dari upaya pengelolaan atau konservasi ekosistem. Berdasarkan tipe ekosistem yang dimiliki, kawasan konservasi perairan dapat meliputi: kawasan konservasi perairan tawar, perairan payau atau perairan laut. Kawasan konservasi perairan laut dikenal sebagai kawasan konservasi laut (KKL).
Konservasi sumber daya ikan adalah upaya melindungi melestarikan dan memanfaatkan sumber daya ikan untuk menjamin keberadaan, ketersediaan dan kesinambungan jenis ikan bagi generasi sekarang maupun yang akan datang.
Konservasi sumber daya ikan adalah upaya melindungi melestarikan dan memanfaatkan sumber daya ikan untuk menjamin keberadaan, ketersediaan dan kesinambungan jenis ikan bagi generasi sekarang maupun yang akan datang. Sebagai sarana pengelolaan perikanan, kawasan
konservasi laut memiliki dua fungsi:
1.     Limpahan ikan komoditi pasar dari wilayah perlindungan ke dalam wilayah penangkapan.
2.     Ekspor telur dan larva ikan dari wilayah perlindungan ke wilayah penangkapan yang dapat meningkatkan kuantitas penangkapan di wilayah penangkapan.
Selain itu, sebagai sarana pengelolaan, kawasan konservasi laut memberikan manfaat tidak langsung berikut:
1.     melindungi habitat yang sangat penting bagi perkembangbiakan jenis ikan komersial, dan
2.     memberikan tempat berlindung ikan yang tidak dapat diberikan oleh sarana pengelolaan lainnya sehingga dapat mencegah penurunan secara drastis persediaan ikan komersial.
Kawasan konservasi perairan yang terlindungi dengan baik, secara ekologis akan mengakibatkan beberapa hal berikut terkait dengan perikanan:
1.     habitat yang lebih cocok dan tidak terganggu untuk pemijahan induk;
2.     meningkatnya jumlah stok induk;
3.     ukuran (body size) dari stok induk yang lebih besar; dan
4.     larva dan recruit hasil reproduksi lebih banyak.
Sebagai akibatnya, terjadi kepastian dan keberhasilan pemijahan pada wilayah kawasan konservasi. Keberhasilan pemijahan di dalam wilayah Kawasan Konservasi perairan dibuktikan memberikan dampak langsung pada perbaikan stok sumber daya perikanan di luar wilayah kawasan konservasi laut (Gell & Robert, 2002; PISCO, 2002
Peran Kawasan Konservasi Suberdaya Perairan : Peran Kawasan Konservasi perairan adalah melalui:
1.     ekspor telur dan larva ke luar wilayah KKP yang menjadi wilayah Fishing Ground nelayan;
2.     kelompokrecruit;
3.     penambahan stok yang siap ambil di dalam wilayah penangkapan.
Indikator keberhasilan yang bisa dilihat adalah peningkatan hasil tangkapan nelayan di luar kawasan konservasi setelah beberapa saat setelah dilakukan penerapan KKP secara konsisten. Seberapa jauh efektivitas Kawasan Konservasi Perairan mampu memenuhi fungsi (peran) tersebut akan sangat tergantung pada pembatasan yang diterapkan pada kegiatan perikanan dan jenis pemanfaatan lainnya, model, bentuk maupun posisi/letak wilayahnya, khususnya ukuran zona/wilayah yang dijadikan perlindungan (no take area) dibandingkan dengan zona pemanfaatan (penangkapan).
Rumusan Strategi Konservasi Nasional Indonesia:
Perlindungan sistem penyangga kehidupan (PSPK)
1.     Penetapan wilayah PSPK.
2.     Penetapan pola dasar pembinaan program PSPK.
3.     Pengaturan cara pemanfaatan wilayah PSPK.
4.     Penertiban penggunaan dan pengelolaan tanah dalam wilayah PSPK.
5.     Penertiban maksimal pengusahaan di perairan dalam wilayah PSPK.
Pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya
1.     Pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya
2.     Pengawetan jenis tumbuhan dan satwa (in-situ dan eks-situ konservasi).
Pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.
1.     Pemanfaatan kondisi lingkungan kawasan pelestarian alam.
2.     Pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwa liar (dalam bentuk : pengkajian, penelitian dan pengembangan, penangkaran, perdagangan, perburuan, peragaan, pertukaran, budidaya).
Kawasan pelestarian alam ataupun kawasan dilindungi ditetapkan oleh pemerintah berdasarkan berbagai macam kriteria sesuai dengan kepentingannya. Hampir di setiap negara mempunyai kriteria/kategori sendiri untuk penetapan kawasan dilindungi, dimana masing-masing negara mempunyai tujuan yang berbeda dan perlakuan yang mungkin berbeda pula. Namun di level internasional seperti misalnya Commission on National Park and Protected Areas (CNPPA) yaitu komisi untuk taman nasional dan kawasan dilindungi yang berada di bawah IUCN memiliki tanggung jawab khusus dalam pengelolaan kawasan yang dilindungi secara umum di dunia, baik untuk kawasan daratan maupun perairan.
Potensi, sebaran, dan pemanfaatan perairan darat.
Sekarang coba perhatikan air sumur, air pompa, air sungai, air empang, air danau, air rawa yang ada di sekitar rumah Anda. Air-air tersebut termasuk dalam bentang perairan darat.  Perairan darat adalah semua bentuk perairan yang terdapat di darat. Bentuk perairan yang terdapat di darat meliputi, mata air, air yang mengalir di permukaan bergerak menuju ke daerah-daerah yang lebih rendah membentuk sungai, danau, rawa dan lain-lain yang memiliki suatu pola aliran yang dinamakan Daerah Aliran Sungai (DAS). Dari penjelasan di atas tentunya Anda paham bukan, bahwa air sumur, air sungai, rawa, danau, empang dan sejenisnya termasuk jenis perairan darat.
Tata air yang berada di wilayah daratan tersebut dipelajari oleh suatu ilmu yang disebut hidrologi.
Danau
Air yang mengisi danau biasanya air tawar, contohnya Danau Toba di Sumatera Utara, Danau Poso di Sulawesi Tengah, dan Riam Kanan di Kalimantan Selatan. Selain air tawar ada juga danau yang airnya asin (memiliki kadar garam tinggi) seperti Danau Kaspia, Danau Laut Mati, Danau Laut Aral, Great Salt dan lain-lain. Mengapa ada danau yang airnya asin? Hal ini terjadi karena di danau terjadi penguapan yang sangat tinggi. Di samping itu air yang masuk ke danau tersebut biasanya tidak berpelepasan atau tidak mengalir lagi ke tempat lain. Berdasarkan proses kejadiannya danau dibedakan menjadi enam macam yaitu danau: Tektonik, Vulkanik, Tekto-Vulkanik, Karst, Glasial dan Waduk atau Bendungan.
·         Danau Tektonik, yaitu danau yang terjadi akibat adanya peristiwa tektonik seperti gempa. Akibat gempa terjadi proses patahan (fault) pada permukaan tanah. Permukaan tanah yang patah mengalami pemerosotan atau ambles (subsidence) dan menjadi cekung. Selanjutnya bagian yang cekung karena ambles tersebut terisi air dan terbentuklah danau. Danau jenis ini contohnya danau Poso, danau Tempe, danau Tondano, dan danau Towuti di Sulawesi. Danau Singkarak, danau Maninjau, dan danau Takengon di Sumatera.
·         Danau Vulkanik atau danau Kawah, yaitu danau yang terdapat pada kawah lubang kepundan bekas letusan gunung berapi. Ketika gunung meletus batuan yang menutup kawasan kepundan rontok dan meninggalkan bekas lubang di sana. Ketika terjadi hujan lubang tersebut terisi air dan membentuk sebuah danau.
Contoh danau jenis ini ialah danau Kelimutu di Flores, Kawah Bromo, danau gunung Lamongan di Jawa Timur, danau Batur di Bali danau Kerinci di Sumatera Barat serta Kawah gunung Kelud.
·         Danau Tekto-Vulkanik, yaitu danau yang terjadi akibat proses gabungan antara proses vulkanik dengan proses tektonik. Ketika gunung berapi meletus, sebagian tanah / batuan yang menutupi gunung patah dan merosot membentuk cekungan. Selanjutnya cekungan tersebut terisi air dan terbentuklah danau. Contoh danau jenis ini adalah danau Toba di Sumatera Utara.
·         Danau Karst. Danau jenis ini disebut juga Dolina, yaitu danau yang terdapat di daerah berbatu kapur. Danau jenis ini terjadi akibat adanya erosi atau pelarutan batu kapur. Bekas erosi membentuk cekungan dan cekungan terisi air sehingga terbentuklah danau.
·         Danau Glasial, danau yang terjadi karena adanya erosi gletser. Pencairan es akibat erosi mengisi cekungan-cekungan yang dilewati sehingga terbentuk danau. Contoh danau jenis ini terdapat di perbatasan antara Amerika dengan Kanada yaitu danau Superior, danau Michigan dan danau Ontario.
·         Waduk atau Bendungan, adalah danau yang sengaja dibuat oleh manusia. Pembuatan waduk biasanya berkaitan dengan kepentingan pengadaan listrik tenaga air, perikanan, pertanian dan rekreasi. Contoh danau jenis ini misalnya Saguling, Citarum dan Jatiluhur di Jawa Barat, Riam Kanan dan Riam Kiri di Kalimantan Selatan, Rawa Pening, Kedung Ombo dan Gajah Mungkur di Jawa Tengah.
Rawa
Pernahkah Anda melihat/menyaksikan rawa, atau barangkali di sekitar tempat tinggal Anda terdapat rawa. Daerah rawa banyak kita temukan di pantai timur pulau Sumatera dan pantai selatan pulau Kalimantan. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa: Rawa atau paya-paya adalah daerah rendah yang selalu tergenang air. Air yang menggenangi rawa bisa berupa air hujan, air sungai maupun dari sumber mata air tanah.
Ada dua jenis rawa yaitu:
·         Rawa yang airnya tidak mengalami pergantian, dan
Rawa jenis pertama tidak memiliki pintu pelepasan air sehingga airnya selalu tergenang. Sedang kan rawa jenis kedua memiliki pintu pelepasan air sehingga airnya berganti. Rawa yang airnya tidak mengalami pergantian memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
Airnya asam atau payau, berwarna merah, kurang bagus untuk mengairi tanaman dan tidak dapat dijadikan air minum. Kadar keasaman air (pH) mencapai 4,5.
Karena airnya asam, maka tidak banyak organisme (hewan maupun tumbuh tumbuhan yang hidup.
Pada bagian dasar rawa umumnya tertutup gambut yang tebal.
·         Rawa yang airnya selalu mengalami pergantian.
Sedangkan rawa yang airnya mengalami pergantian memiliki ciri-ciri yang sebaliknya yaitu:
1.     Airnya tidak terlalu asam.
2.     Banyak organisme yang hidup seperti cacing tanah, ikan serta tumbuh-tumbuhan rawa seperti eceng gondok, pohon rumbia dan lain-lain.
3.     Dapat diolah menjadi lahan pertanian.
Keberadaan rawa banyak manfaatnya bagi kehidupan kita, manfaat rawa bagi kehidupan kita antara lain:
·         Tumbuhan rawa seperti eceng gondok dapat dijadikan bahan baku pembuatan biogas dan barang-barang kerajinan anyaman seperti tas, dompet, hiasan dinding dan lain-lain,
·         Dapat dijadikan daerah pertanian pasang surut,
·         Sebagai lahan untuk usaha perikanan darat, dan
·         Dapat dikembangkan menjadi daerah wisata.
Rawa merupakan salah satu ekosistem perairan darat yang harus kita jaga kelestariannya. Untuk menjaga kelestarian rawa dapat ditempuh beberapa cara antara lain:
·         Tidak sembarangan menebangi pohon-pohon atau tumbuh-tumbuhan yang tumbuh di rawa.
·         Tidak membuang limbah ke rawa, karena dapat membahayakan kehidupan organisme di dalamnya.
Air Tanah
Pernahkah Anda perhatikan air yang Anda minum setiap hari, dari manakah air tersebut diperoleh ? Kalau jawaban Anda dari air tanah, maka jawaban Anda betul. Di sekitar kita (di permukaan tanah), dapat kita saksikan adanya air sumur, sungai, danau, rawa dan lain-lain. Sebenarnya di bawah permukaan tanah terdapat kumpulan air yang mempersatukan kumpulan air yang ada di permukaan. Kumpulan air inilah yang disebut air tanah. Jadi benar jika Anda mengatakan bahwa air yang kita minum serta kita gunakan untuk berbagai keperluan sehari-hari adalah air tanah. Pengambilan air tanah dapat dilakukan dengan menimba, memompa atau
mengalirkan air dari sebuah mata air. Dimanakah air tanah berada? Air tanah berada pada pori-pori dan celah-celah batuan. Kalau Anda memperhatikan permukaan air sumur, maka akan Anda lihat bahwa dalamnya permukaan air sumur di berbagai tempat tidak sama. Ada daerah tertentu misalnya di daerah pantai atau di pinggir sungai, mungkin cukup menggali 2 meter kita telah memperoleh air tanah, tetapi di daerah gunung mungkin kita perlu menggali hingga kedalamannya mencapai 10 atau 15 meter untuk memperoleh air tanah. Perbedaan ini disebabkan oleh perbedaan topografi. Perbedaan jenis tanah juga mempengaruhi kedalaman permukaan air tanah. Contohnya di daerah gurun kedalamannya bisa mencapai 50 meter atau lebih, sehingga jarang tumbuh-tumbuhan yang hidup di situ karena akar tumbuhan tidak mampu menjangkau permukaan air. Penyebab lainnya adalah faktor musim. Pada musim kemarau permukaan air tanah akan lebih dalam jika dibandingkan pada musim penghujan.
Ada bermacam-macam jenis air tanah.
·         Menurut letaknya, air tanah dapat dibedakan menjadi dua, yaitu air tanah permukaan (Freatik) dan air tanah dalam.
1.     Air tanah permukaan (Freatik) adalah air tanah yang terdapat di atas lapisan tanah / batuan yang tidak tembus air (impermeable). Air yang ada di sumur-sumur, sungai, danau dan rawa termasuk jenis ini.
2.     Air tanah dalam, adalah air tanah yang terdapat di bawah lapisan tanah/ batuan yang tidak tembus air (impermeable). Untuk memperoleh air tanah jenis ini harus dilakukan pengeboran. Sumur bor atau artesis merupakan salah satu contoh sumur yang airnya berasal dari air tanah dalam.
·         Menurut asalnya air tanah dapat dibedakan menjadi air tanah yang berasal dari atmosfer (angkasa) dan air tanah yang berasal dari dalam perut bumi.
1.     Air tanah yang berasal dari atmosfer disebutmeteoric water, yaitu air tanah berasal dari hujan dan pencairan salju.
2.     Air tanah yang berasal dari dalam bumi misalnya air tanah turbir (yaitu air tanah yang tersimpan di dalam batuan sedimen) dan air tanah juvenil yaitu air tanah yang naik dari magma bila gas-gasnya dibebaskan melalui mata air panas.
Ada 4 wilayah air tanah yaitu:
·         Wilayah yang masih terpengaruh udara. Pada bagian teratas dari permukaan bumi terdapat lapisan tanah yang mengandung air. Karena pengaruh gaya berat (gravitasi), air di wilayah ini akan bebas bergerak ke bawah. Tumbuh-tumbuhan memanfaatkan air pada lapisan ini untuk menopang kelangsungan hidupnya.
·         Wilayah jenuh air. Wilayah inilah yang disebut dengan wilayah kedalaman sumur. Kedalaman wilayah ini tergantung pada topografi, jenis tanah dan musim.
·         Wilayah kapiler udara. Wilayah ini merupakan peralihan antara wilayah terpengaruh udara dengan wilayah jenuh air. Air tanahnya diperoleh dari proses kapilerisasi (perembesan naik) dari wilayah jenuh air.
·         Wilayah air dalam. Wilayah ini berisikan air yang terdapat di bawah tanah/batuan yang tidak tembus air.
Sungai
Sungai adalah bagian permukaan bumi yang letaknya lebih rendah dari tanah di sekitarnya dan menjadi tempat mengalirnya air tawar menuju ke laut, danau, rawa atau ke sungai yang lain.
Sungai merupakan tempat mengalirnya air tawar. Air yang mengalir lewat sungai bisa berasal
dari air hujan, bisa berasal dari mata air atau bisa juga berasal dari es yang mengalir (Gletser). Ke mana air itu mengalir? Air mengalir bisa ke laut, ke danau, ke rawa, ke sungai lain dan bisa juga ke sawah-sawah.
Ada bermacam-macam jenis sungai. Berdasarkan sumber airnya sungai dibedakan menjadi tiga macam yaitu: sungai hujan, sungai gletser dan sungai campuran.
1.     Sungai Hujan, adalah sungai yang airnya berasal dari air hujan atau sumber mata air. Contohnya adalah sungai-sungai yang ada di pulau Jawa dan Nusa Tenggara.
2.     Sungai Gletser, adalah sungai yang airnya berasal dari pencairan es. Contoh sungai yang airnya benar-benar murni berasal dari pencairan es saja. boleh dikatakan tidak ada, namun pada bagian hulu sungai Gangga di India (yang berhulu di Pegunungan Himalaya) dan hulu sungai Phein di Jerman (yang berhulu di Pegunungan Alpen) dapat dikatakan sebagai contoh jenis sungai ini.
3.     Sungai Campuran, adalah sungai yang airnya berasal dari pencairan es (gletser), dari hujan, dan dari sumber mata air. Contoh sungai jenis ini adalah sungai Digul dan sungai Mamberamo di Papua (Irian Jaya).
Berdasarkan debit airnya (volume airnya), sungai dibedakan menjadi 4 macam yaitu sungai permanen, sungai periodik, sungai episodik, dan sungai ephemeral.
1.     Sungai Permanen, adalah sungai yang debit airnya sepanjang tahun relatif tetap. Contoh sungai jenis ini adalah sungai Kapuas, Kahayan, Barito dan Mahakam di Sungai Musi, Batanghari dan Indragiri di Sumatera.
2.     Sungai Periodik, adalah sungai yang pada waktu musim hujan airnya banyak, sedangkan pada musim kemarau airnya kecil. Contoh sungai jenis ini banyak terdapat di pulau Jawa misalnya sungai Bengawan Solo, dan sungai Opak di Jawa Tengah. Sungai Progo dan sungai Code di Daerah Istimewa Yogyakarta serta sungai Brantas di Jawa Timur.
3.     Sungai Episodik, adalah sungai yang pada musim kemarau airnya kering dan pada musim hujan airnya banyak. Contoh sungai jenis ini adalah sungai Kalada di pulau Sumba.
4.     Sungai Ephemeral, adalah sungai yang ada airnya hanya pada saat musim hujan. Pada hakikatnya sungai jenis ini hampir sama dengan jenis episodik, hanya saja pada musim hujan sungai jenis ini airnya belum tentu banyak.
Berdasarkan asal kejadiannya (genetikanya) sungai dibedakan menjadi lima jenis yaitu:
1.     Sungai Konsekuen, adalah sungai yang airnya mengalir mengikuti arah lereng awal.
2.     SungaiSubsequence atau strike valley adalah sungai yang aliran airnya mengikut strike
3.     Sungai Obsekuen, adalah sungai yang aliran airnya berlawanan arah dengan sungai konsekuen atau berlawanan arah dengan kemiringan lapisan batuan serta bermuara di sungai subsekuen.
4.     Sungai Resekuen, adalah sungai yang airnya mengalir mengikuti arah kemiringan lapisan batuan dan bermuara di sungai subsekuen.
5.     Sungai Insekuen, adalah sungai yang mengalir tanpa dikontrol oleh litologi mau pun struktur geologi.
Berdasarkan struktur geologinya sungai dibedakan menjadi dua
1.     Sungai Anteseden adalah sungai yang tetap mempertahankan arah aliran airnya walau pun ada struktur geologi (batuan) yang melintang. Hal ini terjadi karena kekuatan arusnya, sehingga mampu menembus batuan yang merintanginya.
2.     Sungai Superposed, adalah sungai yang melintang, struktur dan prosesnya dibimbing oleh lapisan batuan yang menutupinya.
Berdasarkan pola alirannya sungai dibedakan menjadi tujuh yaitu:
1.     Radial sentrifugal, adalah pola aliran yang menyebar meninggalkan pusatnya. Pola aliran ini terdapat di daerah gunung yang berbentuk kerucut.
2.     Radial sentripetal, adalah pola aliran yang mengumpul menuju ke pusat. Pola ini terdapat di daerah basin (cekungan).
3.     Dendritik, adalah pola aliran yang tidak teratur. Pola alirannya seperti pohon, di mana sungai induk memperoleh aliran dari anak sungainya. Jenis ini biasanya terdapat di daerah datar atau  daerah dataran pantai.
4.     Trellis, adalah pola aliran yang menyirip seperti daun.
5.     Rektangular, adalah pola aliran yang membentuk sudut siku-siku atau hampir siku-siku 90°.
6.     Pinate, adalah pola aliran di mana muara-muara anak sungainya membentuk sudut lancip.
7.     Anular, adalah pola aliran sungai yang membentuk lingkaran.
Bagian-bagian Sungai dan Ciri-cirinya
Bagian-bagian dari sungai bisa dikategorikan menjadi tiga, yaitu bagian hulu, bagian tengah dan bagian hilir.
·         Bagian Hulu Bagian hulu memiliki ciri-ciri: arusnya deras, daya erosinya besar, arah Erosinya (terutama bagian dasar sungai) vertikal. Palung sungai berbentuk V dan lerengnya  cembung (converse), kadang-kadang terdapat air terjun atau jeram dan tidak terjadi
·         Bagian Tengah Bagian tengah mempunyai ciri-ciri: arusnya tidak begitu deras, daya erosinya mulai berkurang, arah erosi ke bagian dasar dan samping (vertikal dan horizontal) palung sungai berbentuk U (konkaf), mulai terjadi pengendapan (sedimentasi) dan sering terjadi meander yaitu kelokan sungai yang mencapai 180° atau lebih.
·         Bagian Hilir Bagian hilir memiliki ciri-ciri: arusnya tenang, daya erosi kecil dengan arah ke samping (horizontal), banyak terjadi pengendapan, di bagian muara kadang-kadang terjadi delta serta palungnya lebar.
Daerah Aliran Sungai (DAS)
Daerah Aliran Sungai sering disebut dengan Drainage Area, atau Rivers basin atau Watershed. DAS adalah daerah yang berada di sekitar sungai, apabila terjadi turun hujan di daerah tersebut, airnya mengalir ke sungai yang bersangkutan.
Dengan demikian kita dapat menyimpulkan bahwa DAS merupakan daerah di sekitar sungai tempat air hujan tertampung dan tempat di mana air hujan dialirkan ke sungai tersebut. DAS dibedakan menjadi dua yaitu DAS gemuk dan DAS kurus
·         DAS gemuk, yaitu suatu DAS yang luas sehingga memiliki daya tampung air yang besar. Sungai dengan DAS seperti ini, airnya cenderung meluap bila di bagian hulu terjadi hujan deras.
·         DAS kurus, yaitu DAS yang relatif tidak luas sehingga daya tampung airnya kecil. Sungai dengan DAS semacam ini luapan airnya tidak begitu hebat ketika bagian hulunya terjadi hujan lebat.
Sebagai tempat penampungan air hujan DAS harus kita jaga kelestariannya. Cara menjaga kelestarian DAS antara lain tidak menggunduli hutan atau tanaman-tanaman di areal DAS. Cara lainnya yaitu tidak mendirikan bangunan di areal DAS sebagai tempat pemukiman atau keperluan lainnya.
Selain itu gejala alam yang akan terjadi bila DAS rusak adalah:
·         air sungai meluap, sering terjadi banjir,
·         akan terbentuk delta sungai, dan
·         dataran pantai (tempat bermuaranya sungai) bertambah luas.
Konservasi air tanah dan Daerah Aliran Sungai (DAS).
Konservasi air tanah
Pengelolaan Air Tanah Di Indonesia: Konservasi Air Tanah Berbasis Cekungan Air Tanah (permen ESDM No. 02 Tahun 2017 Tentang Cekungan Air Tanah Di Indonesia)
Air Tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah permukaan. Air Tanah meskipun merupakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui, tetapi memerlukan waktu yang lama dalam pembentukannya, bias mencapai puluhan bahkan ribuan tahun. Maka, apabila sumber daya tersebut mengalami kerusakan baik kualitas, kuantitas maupun kondisi lingkungannya akibat pengambilan air tanah yang berlebihan, akan memerlukan waktu yang lama, biaya tinggi, dan teknologi yang rumit dalam pemulihannya. Untuk menjaga agar air tanah dapat dimanfaatkan dengan optimal, baik untuk saat ini maupun yang akan datang, perlu adanya suatu peraturan dalam pengelolaan air tanah tersebut baik bagi pengguna maupun aparat/instansi pemerintah baik di pusat maupun di daerah (provinsi maupun kabupaten/kota).
Sebelumnya, pengelolaan air tanah selama ini didasarkan pada tempat/lokasi pengambilan sumur air bersih /produksi terutama pada sumur bor dalam (well management). Ternyata pengelolaan seperti ini tidak efektif, karena sifat air tanah yang tidak dapat dilepaskan dari susunan lapisan akuifernya yaitu lapisan batuan jenuh air tanah yang dapat menyimpan dan meneruskan air tanah dalam jumlah cukup dan ekonomis, sehingga air tanah tidak hanya diperlakukan pada lokasi sumur tersebut tetapi harus memperhitungkan susunan lapisan akuifernya atau wadahnya. Pendekatan pengelolaan air tanah berdasarkan sumur (well management) juga dapat menimbulkan beberapa kelemahan, diantaranya:
·         Tidak mengetahui potensi air tanah secara nyata dari setiap akuifer yang dieksploitasi
·         Tidak dapat mengetahui terjadinya perubahan kondisi lingkungan air tanah seperti pencemaran air tanah dan amblesan tanah
·         Tidak dapat melakukan pengendalian terhadap kualitas air tanah.
Untuk itu, sebagai satu kesatuan sistem akuifer, cekungan air tanah (CAT) ditetapkan sebagai dasar pengelolaan air tanah di Indonesia. Pada peraturan terbaru, Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 02 Tahun 2017 tentang CAT di Indonesia, disebutkan bahwa CAT menjadi dasar pengelolaan air tanah di Indonesia dan menjadi acuan penetapan zona konservasi air tanah, pemakaian air tanah, pengusahaan air tanah, dan pengendalian daya rusak air tanah. CAT ditentukan berdasarkan kriteria sebagai berikut:
·         mempunyai batas hidrogeologis yang dikontrol oleh kondisi geologis dan/atau kondisi hidraulika air tanah;
·         mempunyai daerah imbuhan dan daerah lepasan air tanah dalam satu sistem pembentukan air tanah; dan
·         memiliki satu kesatuan sistem akuifer.
Pada peraturan ini juga dinyatakan jumlah CAT di Indonesia, yang meliputi CAT dalam wilayah provinsi, CAT lintas provinsi dan CAT lintas negara. CAT yang berada dalam wilayah provinsi maka pengelolaannya menjadi kewajiban bagi pemerintah provinsi dalam hal ini gubernur, sedangkan CAT yang merupakan lintas provinsi dan lintas Negara menjadi kewenangan pemerintah pusat dalam hal ini Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral. Akan tetapi, kebijakan pengelolaan air tanah baik yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi maupun Pemerintah Pusat tersebut harus mengacu pada Kebijakan Nasional Sumber Daya Air sehingga tidak akan terjadi tumpang tindih atau tarik ulur baik dalam pengelolaan maupun kewenangannya.
Jumlah CAT yang telah ditetapkan sampai saat ini adalah sebanyak 421 buah terdiri dari CAT lintas batas Negara sebanyak 4 buah, CAT lintas batas provinsi 36 buah, dan CAT dalam wilayah provinsi berjumlah 381 yang tersebar di hampir seluruh provinsi di Indonesia, kecuali Provinsi Kepulauan Riau. Akuifer pada CAT secara umum dibedakan menjadi 2 buah yaitu akuifer bebas (unconfined aquifer) dan akuifer tertekan (confined aquifer). Total besaran jumlah potensi air tanah pada CAT mencapai ; pada akuifer bebas sebesar 494.390 juta m3 /tahun dan pada akuifer tertekan sebesar 20.903 juta m3 /tahun.
Bertambahnya jumlah penduduk menjadikan kebutuhan akan air bersih juga terus bertambah. Sebagai salah satu sumber terbaik untuk air bersih, air tanah terus diambil secara intensif, terutama untuk memenuhi kebutuhan akan air bersih. Sering kali, pengambilan air tanah ini menjadi tidak terkontrol dan tidak sesuai dengan ketersediaan serta zona pemanfaatannya yang dapat berdampak terhadap kuantitas, kualitas dan daya dukung lingkungan pada CAT setempat. Dampak dari pengambilan air tanah bisa menimbulkan terjadinya penurunan muka air tanah yang melebihi ambang batas dan juga amblesan tanah dan daya rusak air tanah lain seperti pencemaran air tanah dan penyusupan (intrusi) air laut.
Dengan beberapa faktor yang telah disebutkan, pengelolaan air tanah merupakan hal yang penting sebagai bagian dari pengelolaan sumber daya air secara keseluruhan. Pengelolaan air tanah meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi, konservasi serta pendayagunaan dimana strategi pengelolaan air tanah tersebut didasarkan pada prinsip keseimbangan antara upaya konservasi dan pendayagunaan air tanah.
Dalam definisi yang lebih luas, konservasi air tanah diartikan sebagai upaya memelihara keberadaan serta keberlanjutan keadaan sifat dan fungsi air tanah agar senantiasa tersedia baik dalam kualitas dan kuantitas yang memadai untuk memenuhi kebutuhan makhluk hidup, baik pada saat waktu sekarang maupun yang akan datang sehingga diharapkan tidak akan terjadi adanya krisis air tanah nantinya. Gambar 1. Jumlah potensi air tanah pada cekungan air tanah tiap pulau di Indonesia Usaha konservasi air tanah dapat dilakukan melalui beberapa cara seperti:
·         perlindungan dan pelestarian air tanah, dengan menjaga daya dukung akuifer dan fungsi daerah imbuhan air tanah serta memulihkan kondisi dan lingkungan air tanah pada zona kritis dan zona rusak,
·         Pengawetan air tanah, ditujukan untuk menjaga keberadaan dan kesinambungan ketersediaan air tanah yaitu dengan cara penghematan dalam pemakaian air tanah, meningkatkan kapasitas resapan air dan pengendalian dalam penggunaan air tanah,
·         Pengelolaan kualitas dan pengendalian pencemaran, digunakan untuk mempertahankan dan memulihkan kualitas air tanah sesuai dengan kondisi alaminya yaitu dengan cara mencegah pencemaran air tanah, menanggulangi pencemaran air tanah serta memulihkan kualitas air tanah yang telah tercemar serta menutup setiap sumur gali atau sumur bor yang kualitas air tanahnya telah tercemar.
Pengendalian daya rusak air, baik terhadap intrusi air laut/asin serta kemungkinan terjadinya amblesan tanah dengan cara mengurangi pengguna air tanah yang melampaui daya dukung akuifer sehingga tidak terjadi penurunan muka air tanah.
Terkait dengan penggunaan air tanah, pengendalian besaran debit air tanah termasuk pelarangan pengambilan air tanah pada wilayah-wilayah tertentu untuk izin pengambilan air tanah harus didasarkan pada konsep pengelolaan air tanah yang berbasis konservasi. Izin pengambilan air tanah yang diberikan oleh gubernur, terutama izin pengusahaan air tanah harus melalui tahapan pemberian rekomendasi teknis yang menggunakan peta zona konservasi air tanah pada suatu CAT sebagai landasan utama. Penyusunan peta zona konservasi air tanah ini menjadi tugas Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi melalui dinas yang membidangi air tanah, sesuai dengan kewenangan pengelolaan pada cekungan air tanahnya. Cekungan air tanah lintas provinsi dan lintas Negara menjadi wewenang Pemerintah pusat dalam hal ini Kementerian ESDM dan cekungan air tanah dalam wilayah provinsi menjadi wewenang Dinas Provinsi yang membidangi air tanah (Dinas ESDM Provinsi).
Zona konservasi air tanah merupakan perangkat penting dalam pengelolaan air tanah dan terkait langsung dengan pemberian izin pengambilan air tanah. Faktor utama dalam penyusunan peta zona konservasi air tanah ini adalah tingkat kerusakan kondisi dan lingkungan air tanah, yang merupakan gambaran keseimbangan antara jumlah ketersediaan air tanah dan penggunaannya. Apabila jumlah pengambilan air tanah lebih besar daripada jumlah ketersediaannya, akan terjadi kerusakan kondisi dan lingkungan air tanah tersebut. Sehingga, dasar pertimbangan yang digunakan dalam menentukan kerusakan kondisi dan lingkungan air tanah tersebut meliputi:
·         jumlah pengambilan air tanah;
·         penurunan muka air tanah;
·         perubahan kualitas air tanah; dan, atau
·         dampak negatif terhadap lingkungan yang timbul seperti amblesan tanah, pencemaran air tanah karena migrasi zat pencemar, penyusupan air laut ke dalam air tanah tawar, dan kekeringan yang disebabkan oleh migrasi air tanah dari sistem akuifer tidak tertekan ke dalam sistem akuifer tertekan.
Zona konservasi air tanah dibedakan menjadi:
·         Zona perlindungan air tanah yang meliputi daerah imbuhan air tanah dan zona perlindungan mata air, dan
·         Zona pemanfaatan air tanah yang terdiri dari zona aman, rawan, kritis, dan rusak.
Untuk mendukung kegiatan konservasi air tanah dilakukan dengan cara melakukan pemantauan air tanah untuk mengetahui kualitas, kuantitas dan lingkungan air tanah. Pemantauan air tanah tersebut terutama dilakukan pada sumur pantau yang berfungsi untuk:
·         mengukur dan merekam kedudukan muka air tanah,
·         memeriksa sifat fisika, kandungan unsur kimia, biologi atau radioaktif dalam air tanah,
·         mencatat jumlah volume air tanah yang dipakai
·         mengetahui perubahan kondisi dan lingkungan air tanah seperti amblesan
Beberapa kota besar di Indonesia sudah mengalami krisis air tanah akibat dampak pengambilan air tanah yang tidak terkontrol. Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta sebagai ibukota negara, merupakan salah satu daerah yang mengalami krisis air tanah sehingga dampak dari pengambilan air tanah yang berlebihan selama ini mulai dirasakan seperti terjadinya penurunan muka tanah di beberapa wilayah dan juga semakin jauhnya penyusupan air laut ke daratan (intrusi air laut).
DKI Jakarta merupakan bagian dari CAT Jakarta yang merupakan CAT lintas provinsi yang meliputi wilayah Provinsi Jawa Barat, Provinsi Banten, dan Provinsi DKI Jakarta sendiri. Pada peta zona konservasi air tanah di CAT Jakarta, diketahui bahwa di beberapa wilayah sudah merupakan zona kritis, rawan, bahkan rusak. Hal ini menjadi landasan bahwa izin pengambilan air tanah di CAT Jakarta sudah tidak leluasa lagi diberikan, dan upaya-upaya konservasi air tanah di CAT ini harus terus dilakukan untuk memperbaiki kondisi dan lingkungan air tanah.
Salah satu bentuk alternatif konservasi air tanah adalah dengan bangunan resapan air hujan adalah sumur resapan, yang akan dijelaskan seperti di bawah ini.
·         Sumur Resapan
Sumur resapan yaitu salah satu metode konservasi air tanah menggunakan bangunan yang dibuat sedemikian rupa sehingga bentuknya seperti sumur galian yang mempunyai kedalaman tertentu. Pembangunan sumur resapan harus memperhatikan beberapa hal, seperti harus dibangun di tempat yang cukup datar, air hujan yang meresap ke sumur tidak tercemar, dan harus mempertimbangkan keamanan bangunan di sekitar sumur.
Sumur resapan merupakan kebalikan dari sumur yang digali untuk air minum dimana fungsinya adalah menaikkan air tanah menuju permukaan. Fungsi dari pembangunan sumur resapan adalah sebagai tempat penampungan air hujan yang jatuh ke tempat kedap air seperti atap rumah, kemudian meresapkan air yang jatuh tersebut ke dalam tanah. Sumur resapan juga dapat melakukan fungsi penambahan air secara buatan. Selain fungsi, sumur resapan juga mempunyai manfaat.
Beberapa manfaat sumur resapan yaitu:
1.     Mengurangi sedimentasi dan erosi tanah (baca : Cara Mencegah Erosi Tanah).
2.     Mengurangi aliran air di permukaan tanah sehingga dapat mencegah genangan air dan juga banjir.
3.     Meningkatkan ketinggian permukaan air tanah (baca : Ciri-ciri Air Tanah Permukaan).
4.     Menjaga keseimbangan hidrologi dan mengurangi terjadinya intrusi air laut, terutama di wilayah yang dekat dengan daerah pantai.
5.     Mengurangi konsentrasi pencemaran air tanah (baca : Ciri-ciri Pencemaran Air).
6.     Mencegah terjadinya amblesan atau penurunan permukaan tanah (land subsidence) karena pori- pori tanah terisi air.
Cara Membangun Sumur Resapan
Sumur resapan sebaiknya dibangun di daerah peresapan air, yaitu di kawasan permukiman, perkantoran, industri, pertokoan, kawasan budidaya, tempat olah raga dan berbagai fasilitas umum lainnya. Selain itu, sumur resapan tidak boleh dibangun pada daerah berlereng curam yang kondisi tanahnya sangat labil.
Lokasi pembangunan sumur resapan harus berjarak minimal 1 meter dari fondasi rumah dan berjarak minimal 5 meter dari septik tank atau tempat pembuangan sampah. Ada bermacam- macam bentuk konstruksi bangunan sumur resapan. Pembangunan konstruksi tersebut  tergantung pada keadaan struktur tanah atau formasi batuan penyusun lapisan bumi. Beberapa bentuk konstruksi sumur resapan yaitu:
1.     Sumur yang menggunakan batu cadas sebagai dinding sumur (blowing).
2.     Sumur yang menggunakan susunan batu kali dan batu bata untuk dinding sumur, sedangkan dasar sumur dibiarkan kosong atau diisi dengan ijuk dan batu yang telah dipecah- pecah.
3.     Sumur yang tidak mempunyai pasangan di dinding sumur, sedangkan bagian dasar sumur dibiarkan kosong tanpa diisi ijuk atau materi apa pun.
4.     Sumur yang tidak memiliki pasangan dinding sumur dengan bagian dasar diisi ijuk dan batu- batuan.
5.     Sumur yang menggunakan beton di dinding sumur.
Setelah mengetahui tempat yang sesuai dan juga bentuk konstruksi bangunan sumur, maka selanjutnya adalah bagaimana cara membangun sumur resapan. Berikut adalah langkah- langkah yang harus dilakukan untuk membuat sumur resapan air.
1.     Langkah pertama yaitu menggali tanah berbentuk silinder dengan diameter antara 80 cm sampai 140 cm dan berkedalaman 1,5 meter sampai 3 meter. Perlu diperhatikan bahwa penggalian tersebut tidak boleh melebihi permukaan air tanah.
2.     Langkah kedua yakni menyusun batu bata atau batu kali di bagian dinding sumur. Pemasangan batu tersebut tanpa plesteran agar air dapat merembes secara baik ke dalam tanah. Langkah kedua ini sebenarnya opsional, tergantung struktur tanahnya. Jika struktur tanah labil, maka perlu dibangun dinding sumur untuk memperkuat tanah. Tapi jika struktur tanah stabil maka tidak perlu mengerjakan langkah ini.
3.     Langkah ketiga adalah membuat saluran pemasukan menggunakan pipa paralon dengan ukuran diameter pipa yaitu 110 mm. Saluran tersebut bertujuan untuk mengalirkan air hujan dari talang ke dalam sumur resapan.
4.     Langkah selanjutnya yakni membuat pipa pembuangan dari sumur menuju ke parit atau bak penampungan ( baca : Manfaat Penampungan Air ). Pembuatan pipa pembuangan bertujuan untuk membuang limpahan air ke parit atau menampungnya ke dalam bak sebagai persediaan air ketika musim kemarau. Perlu diperhatikan bahwa ketinggian pipa pembuangan tidak boleh lebih rendah dari muka air tanah.
5.     Berikutnya, mengisi dasar sumur dengan batu yang telah dibelah- belah setebal 20 cm sampai 40 cm lalu melapisi bebatuan tersebut dengan ijuk setebal 5 cm sampai 10 cm. Pembuatan lapisan batu dan ijuk di dasar sumur bertujuan untuk menyaring air yang masuk ke dalam sumur agar kebersihan air tanah tetap terjaga.
6.     Langkah terakhir adalah menutup bagian atas sumur. Penutupan bagian atas sumur dapat menggunakan pelat beton setebal 10 cm yang kemudian ditutupi dengan tanah.
·         Teknik Konservasi menggunakan Lubang Resapan Biopori
Menurut Brata dan Nelistya (2008) biopori adalah ruang atau pori di dalam tanah yang dibentuk oleh makhluk hidup, seperti mikroorganisme tanah dan akar tanaman. Bentuk biopori menyerupai liang di dalam tanah dan bercabang – cabang. Biopori sangat efektif untuk menyalurkan air dan udara ke dalam tanah. Liang pori terbentuk oleh adanya pertumbuhan dan perkembangan akar tanaman, serta aktivitas fauna tanah seperti cacing tanah, rayap, dan semut di dalam tanah. Pori-pori yang terbentuk dapat meningkatkan kemampuan tanah menahan air dengan cara menyirkulasikan air dan oksigen ke dalam tanah. Jadi semakin banyak biopori di dalam tanah, semakin sehat tanah tersebut (Hakim, 2011)
Teknologi biopori menggunakan lubang silindris vertikal dengan diameter relatif tidak terlalu besar namun efektif untuk meresapkan air tanah. Teknologi ini dianggap lebih efektif dan mudah untuk meresapkan air ke dalam tanah dibandingkan dengan sumur resapan. Sumur resapan memiliki ukuran cukup besar serta bahan pengisinya tidak dapat dimanfaatkan oleh biota tanah sebagai sumber energi dalam penciptaan biopori. Bahan-bahan halus yang terbawa air dan tersaring oleh bahan pengisi, menyumbat rongga bahan pengisi sehingga menyebabkan laju serapan menjadi lebih lamban. Selain itu, diameter lubang yang besar menyebabkan beban resapan meningkat dan menurunkan laju serapan (Alimaksum, 2010).
Pembuatan lubang resapan biopori (LRB) memberikan manfaat tidak hanya bagi manusia, tetapi juga tumbuhan, tanah, organisme bawah tanah dan komponen lingkungan lainnya. Tumbuhan mampu tumbuh subur karena didukung oleh pupuk kompos hasil pelapukan sampah organik. Sampah organik pun menjadi faktor penghidupan bagi organisme bawah tanah. Ketersediaan air di dalam tanah menjadi hal yang penting sebagai penopang daratan dan kelembaban tanah. Dengan teknologi biopori, upaya manusia untuk menyimpan air saat musim hujan dan mengambilnya kembali pada musim kemarau sangatlah mudah.
Secara lebih rinci, manfaat LRB yaitu:
1.     Meningkatkan laju resapan air dan cadangan air tanah;
2.     Meningkatkan peran biodiversitas tanah dan akar tanaman;
3.     Mencegah terjadinya kerusakan tanah yang menyebabkan longsor dan kerusakan bangunan;
4.     Memanfaatkan sampah organik menjadi kompos yang dapat menyuburkan tanah dan akar tanaman;
5.     Mengatasi masalah yang ditimbulkan oleh genangan air seperti penyakit demam berdarah;
6.     Mengurangi emisi gas rumah kaca CO2 dan Metan.
Prinsip utama LRB adalah menghindari air hujan mengalir ke daerah yang lebih rendah dan membiarkannya terserap ke dalam tanah melalui lubang serapan tersebut (Brata dan Nelistya, 2008). Untuk meminimalkan beban lingkungan oleh adanya pengumpulan air dan sampah organik di dalam lubang, maka dimensi lubang tidak boleh terlalu besar.
Diameter lubang yang disarankan adalah 10-30 cm dengan kedalaman 100 cm atau tidak melebihi kedalaman permukaan air bawah tanah (Hakim, 2011). Jumlah LRB yang diperlukan di satu kawasan bisa saja berbeda dengan kawasan lain. Untuk menentukan jumlah LRB dalam suatu kawasan dapat menggunakan rumus:
Jumlah LRB =    
Intensitas Hujan (mm/jam) x Luas Bidang Kedap (m2)
Laju Resapan Air per Lubang (liter/jam)
Selain memperbaiki struktur tanah melalui pergerakannya, fauna tanah juga melakukan dekomposisi bahan organik menjadi nutrisi yang diperlukan oleh tanah. Fauna tanah yang banyak berperan dalam proses tersebut adalah cacing tanah. Cacing tanah berperan mengubah nutrisi yang tidak terlarut menjadi bentuk terlarut dengan bantuan enzim yang terdapat di dalam alat pencernaannya. Bersama dengan organisme mikroskopis seperti fungi, bakteri, dan actnomycetes, cacing tanah memelihara pengurangan C:N rasio. Hasil pengolahan bahan organik oleh cacing tanah dapat berperan meningkatkan kemampuan menahan air, menyediakan nutrisi bagi tanaman, memperbaiki struktur tanah, dan menetralkan pH tanah. Selain itu dalam proses dekomposisi, bahan organik tidak menjadi panas atau mengeluarkan bau.
Jenis tanah dapat mempengaruhi jumlah dan aktivitas organisme dalam tanah. Setiap jenis tanah memiliki laju infiltrasi dan kapasitas infiltrasi yang berbeda. Laju infiltrasi diantaranya dipengaruhi oleh tekstur, struktur, dan porositas tanah. Tekstur tanah berhubungan dengan distribusi ukuran pori, sedangkan struktur tanah berkaitan dengan kemantapan ruang pori sehingga air lebih mudah bergerak tanah. Perkembangan struktur yang paling besar terdapat pada tanah-tanah permukaan dengan tekstur halus menyebabkan kerapatan massanya lebih rendah dibandingkan tanah berpasir. Semakin padat suatu tanah, maka semakin tinggi kerapatan massanya semakin sulit meneruskan air atau ditembus oleh akar tanaman. Jika terjadi pemadatan tanah, maka air dan udara sulit disimpan dan ketersediaannya terbatas dalam tanah menyebabkan terhambatnya pernafasan akar dan penyerapan air dan memiliki unsur hara yang rendah karena memiliki aktivitas organisme yang rendah (Hakim, 2011). Kerapatan tanah yang bertekstur halus biasanya antara 1,0 – 1,3 g/cm3 sedangkan struktur Tanah kasar memiliki kerapatan massa 1,3 – 1,8 g/cm3. Pemberian bahan organik pada tanah dapat menurunkan kerapatan massa tanah. Hal ini disebabkan bahan organik yang ditambahkan mempunyai kerapatan jenis lebih rendah. Kemantapan agregat yang semakin tinggi dapat menurunkan kerapatan massa tanah sehingga persentase ruang pori-pori semakin kasar dan kapasitas mengikat air semakin tinggi.
Konservasi Daerah Aliran Sungai (DAS).
Daerah Aliran Sungai (DAS) secara umum didefinisikan sebagai suatu hamparan wilayah/kawasan yang dibatasi oleh pembatas topografi (punggung bukit) yang berfungsi untuk menerima, mengumpulkan air hujan, sedimen, dan unsur hara serta mengalirkannya melalui anak-anak sungai dan keluar pada satu titik (outlet). Definisi DAS tersebut mengartikan bahwa seluruh permukaan daratan di bumi ini terbagi habis dalam DAS. Pemanfaatan potensi sumber daya alam di dalam DAS (termasuk hutan) untuk berbagai kepentingan dan kebutuhan manusia telah menyebabkan terjadinya degradasi lahan dan hutan yang dahsyat. Perubahan pemanfaatan sumber daya alam yang tidak terkendali akan mempengaruhi fungsi dan keseimbangan lingkungan termasuk proses-proses hidrologis di dalam wilayah DAS, Akibatnya, terjadi ketidakseimbangan neraca air, sedimen, hara dan rusaknya habitat keanekaragaman hayati.
Tujuan Pengelolaan DAS adalah terkendalinya hubungan timbal balik antara sumber daya alam dan lingkungan DAS dengan kegiatan manusia guna kelestarian fungsi lingkungan dan kesejahteraan masyarakat. Dalam penerapannya di lapangan, konsepsi tersebut memerlukan upaya yang tidak sederhana. Untuk itu diperlukan keterpaduan pengelolaan oleh berbagai sektor/multi pihak mulai dari  hulu sampai hilir dengan mempertimbangkan berbagai kepentingan, kondisi biofisik dan sosial ekonomi yang ada dalam suatu DAS.
Konservasi DAS diartikan sebagai upaya-upaya pelestarian lingkungan yang didasari pada peran dan fungsi setiap wilayah dalam DAS dan mencakup aspek perlindungan, pemeliharaan dan pemanfaatan ekosistem secara berkelanjutan. Berbagai ilmu pengetahuan dan informasi mengenai berbagai upaya-upaya konservasi untuk menyelamatkan ekosistem dan lingkungan dalam DAS telah banyak berkembang dan penting untuk disebarluaskan ke masyarakat luas melalui berbagai media.
Saat ini kondisi Daerah Aliran Sungai (DAS) di Indonesia semakin memprihatinkan, banyak DAS yang mengalami penurunan kualitas dengan indikasi luasnya lahan kritis, semakin seringnya banjir, kekeringan, tanah longsor dan pencemaran air yang merugikan kehidupan masyarakat dan lingkungan. Diperkirakan banjir dan kekeringan akan terjadi setiap tahun dengan intensitas yang semakin kuat pula. Menurut data KLHK luas lahan kritis di Indonesia pada Tahun 2015 tanpa Provinsi DKI Jakarta adalah 24.303.294 Ha, yang terdiri dari: lahan kritis 19.564.911 Ha dan sangat kritis 4.738.384 Ha. Luasnya lahan kritis tersebut mengindikasikan adanya penurunan kualitas lingkungan sebagai dampak dari adanya pemanfaatan sumber daya lahan yang tidak bijaksana dan tidak sesuai dengan aturan yang ada. Lahan yang termasuk di dalam kategori lahan kritis akan kehilangan fungsinya sebagai penahan air, pengendali erosi, siklus hara, pengatur iklim mikro dan retensi karbon.
Hutan Bambu Alternatif Konservasi DAS
Salah satu upaya pemulihan kondisi DAS yang kritis adalah kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan (RHL). Kegiatan RHL dilaksanakan baik di dalam maupun di luar kawasan hutan yang difokuskan pada lahan kritis, lahan kosong dan lahan tidak produktif. RHL adalah upaya untuk memulihkan, mempertahankan dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan sehingga daya dukung, produktivitas dan peranannya dalam mendukung sistem penyangga kehidupan tetap terjaga. Tujuan penyelenggaraan RHL adalah menurunnya degradasi hutan dan lahan serta memulihkan lahan-lahan rusak/kritis agar dapat berfungsi sebagai media produksi dan media tata air.
Kegiatan RHL yang dilakukan oleh KLHK menggunakan pendekatan pemberdayaan masyarakat, dimana masyarakat didorong untuk lebih aktif dalam kegiatan RHL melalui kelompok tani maupun kelompok masyarakat. Kelompok tersebut dilibatkan mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan hingga pemeliharaannya. Konsep pemberdayaan tersebut dirasa cukup baik dalam mendukung upaya keberhasilan kegiatan RHL itu sendiri. Masyarakat mempunyai rasa memiliki dan kepedulian yang lebih terhadap apa yang sudah dilakukannya, seluruh hasil yang didapatkan dari RHL baik kayu maupun non kayu sepenuhnya menjadi milik masyarakat.
Di dalam sistem penyelenggaraan RHL oleh masyarakat tersebut, sayangnya pemilihan jenis bibit pohon lebih banyak didasarkan pada fungsi dan manfaat ekonominya sedangkan fungsi ekologi dalam konservasi tanah dan air belum terlalu diperhatikan. Kondisi tersebut menghasilkan mayoritas bibit tanaman yang bersifat fast growing dan periode panen yang tidak terlalu lama. Fenomena ini dikhawatirkan memberi dampak pada sisi ekologi, karena mayoritas tanaman dipanen secara serentak sehingga terdapat jeda yang cukup lama pada persentase tutupan lahan kembali seperti semula. Dari kekhawatiran inilah, maka para penentu kebijakan dihadapkan pada tantangan untuk dapat menawarkan alternatif pilihan jenis tanaman yang dapat mendorong perekonomian masyarakat sekaligus mendukung keberlanjutan lingkungannya sebagai tujuan akhir dari kegiatan RHL itu sendiri.
Salah satu jenis tanaman yang saat ini dikembangkan oleh KLHK adalah bambu. Pengembangan tanaman bambu dilakukan melalui pembuatan areal model Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK). Proporsi penanaman bambu melalui kegiatan HHBK tersebut sangat tidak sebanding dengan kegiatan RHL lainnya seperti Kebun Bibit Rakyat (KBR) atau Program Pengembangan Perhutanan Masyarakat Pedesaan Berbasis Konservasi (PPMPBK), dimana pada kedua program tersebut penanaman bambu sangat minim dilakukan karena masyarakat lebih senang menanam Sengon, Jambon atau tanaman cepat tumbuh dan cepat panen lainnya. Balai Pengelolaan DAS (BPDAS) Brantas mencatat bahwa selama periode 2010-2015 dari kegiatan KBR saja di wilayah kerja BPDAS Brantas telah tertanam bibit Sengon (Paraserianthes falcataria) sebanyak 34.429.937 batang (44,19%) dari total 77.920.353 batang bibit RHL yang telah tertanam.
Dari fakta-fakta di atas, kita dapat melihat penggunaan bambu sebagai salah satu tanaman rehabilitasi belum cukup menarik minat bagi masyarakat. Secara umum pemanfaatan tanaman bambu mencakup sisi ekonomi, sosial budaya maupun ekologi. Peran bambu dalam sektor ekonomi dapat dilihat secara kasat mata, dimana masyarakat terutama di pedesaan telah terbiasa memanfaatkan bambu sebagai bahan bangunan, peralatan rumah tangga, bahan makanan maupun pemanfaatan lainnya. Secara sosial budaya, bambu merupakan bagian dalam kegiatan seni maupun adat istiadat masyarakat di Indonesia. Pengembangan bambu juga mampu untuk menumbuhkan industri kreatif sehingga dapat menciptakan lapangan kerja, mengurangi pengangguran, mencegah urbanisasi serta mendorong pengembangan pariwisata.
Yang terakhir manfaat bambu dalam sisi ekologi yang belum banyak dikembangkan terutama dalam kegiatan rehabilitasi lahan kritis. Banyak tulisan yang mencatat bahwa dari segi ekologi, bambu dapat menjaga sistem hidrologis sebagai pengikat air dan tanah. Tanaman bambu yang rapat dapat mengikat tanah pada daerah lereng, sehingga berfungsi mengurangi erosi, sedimentasi dan longsor. Tanaman bambu juga mampu menyerap air hujan yang cukup besar melalui mekanisme intersepsi, sehingga kemungkinan terjadinya aliran langsung dan erosi di atas permukaan lahan dengan dominasi bambu menjadi kecil. Sementara itu, dalam kaitan dengan upaya mitigasi perubahan iklim, pengembangan tanaman bambu juga dapat meningkatkan penyerapan karbon. Dari suatu penelitian, tanaman bambu dapat menyerap lebih dari 62 ton/Ha/tahun karbon dioksida).
Tanaman bambu berpotensi menjadi solusi alternatif bagi sejumlah permasalahan lingkungan. Menurut Widjaja (2004), cepatnya pertumbuhan bambu dibanding dengan pohon kayu, membuat bambu dapat diunggulkan untuk mengurangi permasalahan deforestasi. Dengan fakta-fakta banyaknya manfaat yang dapat diperoleh dari tanaman bambu tersebut, sudah selayaknya bambu dijadikan sebagai alternatif jenis tanaman untuk kegiatan RHL. Diharapkan melalui penanaman bambu dapat diperoleh manfaat yang seimbang antara sisi ekonomi dan sisi ekologinya.
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam upaya meningkatkan minat masyarakat untuk menanam bambu antara lain dengan sosialisasi masif manfaat bambu sehingga kesan bambu sebagai tanaman angker dan sarang ular dapat dikalahkan oleh ‘branding’ bambu sebagai tanaman serba guna yang hampir semua bagiannya dapat dimanfaatkan. Lebih lanjut penyadaran kepada masyarakat dalam perspektif konservasi tanah dan air melalui pemanfaatan bambu juga terus dilaksanakan melalui pembuatan areal model rehabilitasi untuk upaya konservasi lahan miring yang rawan longsor dan lahan kritis. Kelak apabila langkah-langkah tersebut dapat dilakukan, dengan sendirinya masyarakat akan tergerak untuk menanam bambu dan sekaligus berpartisipasi dalam upaya mengurangi deforestrasi dan degradasi hutan.

8.     Lembaga-lembaga yang menyediakan dan memanfaatkan data hidrologi di Indonesia.
Sebagai informasi, peralatan hidrologi di Indonesia dikelola 13 lembaga pemerintah, swasta, dan perguruan tinggi. Mereka yang terlibat seperti Kementerian Pekerjaan Umum, Badan Meterologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Kementerian Energi Sumber Daya Mineral, Kementerian Pertanian, Kementerian Kehutanan, serta pemerintah provinsi dan kabupaten/kota. Turut pula Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia ( LIPI), Bakosurtanal, TNI, Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan), perguruan tinggi, dan Masyarakat Hidrologi Indonesia.
1.     Masyarakat Hidrologi Indonesia
Malaysian Hydrological Society (MHS) melakukan kunjungan dan silaturahmi dengan Masyarakat Hidrologi Indonesia (MHI) di Kementerian Pekerjaan Umum, Jakarta (23/09). Kunjungan yang cetuskan MHS ini merupakan realisasi dari kerja sama antara  MHI dan MHS yang difokuskan pada teknologi hidrologi dan sumber daya air.
Pada hari pertama, MHS dengan didampingi pejabat terkait di lingkungan Direktorat Jenderal Sumber Daya Air meninjau Kanal Banjir Timur (KBT) di kawasan Jakarta Timur dan Jakarta Utara. Delegasi MHS menyatakan pentingnya kunjungan ke KBT ini untuk melihat langsung keberhasilan Ditjen SDA Kementerian PU dalam melakukan penanggulangan dan pengendalian banjir di DKI Jakarta. Turut dibahas dalam kegiatan tersebut mengenai rencana pembangunan Jakarta Giant Sea Wall sebagai bagian dari program Jakarta Coastal Defense.
Pada hari kedua, MHI dan MHS melakukan Pertemuan Pertama sekaligus Kongres MHI ke-IV. Pertemuan ini diharapkan menjadi sarana penyampaian aspirasi dan tukar menukar pengalaman dan teknologi dalam bidang hidrologi dan sumber daya air bagi kedua negara.
Dalam sambutannya Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto menyampaikan harapannya agar anggota MHS dan  MHI dapat menjalankan visi dan misinya untuk meningkatkan partisipasi masyarakat bersama-sama dengan pemerintah dalam peningkatan kesejahteraan rakyat Indonesia dan Malaysia secara keseluruhan yang berkaitan dengan bidang hidrologi dan sumber daya air.
“Saya mengharapkan MHI dengan pembahasan dalam pertemuan hari ini dapat merumuskan saran-saran positif kepada Pemerintah Indonesia dan Malaysia dan mensosialisasikannya kepada seluruh lapisan masyarakat. Dengan demikian target pemerintah dalam rangka peningkatan produksi  pangan dapat dicapai,” tutur Djoko Kirmanto.
Sementara Ketua Pengarah Jabatan Pengairan dan Saliran Malaysia sekaligus Presiden Persatuan Hidrologi Malaysia (MHS), Datuk Ir. Hj. Ahmad Husaini bin Sulaiman menyatakan pertemuan ini digagas untuk melihat langsung konsep penanganan banjir di Jakarta oleh Kementerian Pekerjaan Umum. Sebab Jakarta dan Kuala Lumpur sebagai kota metropolitan menghadapi isu dan permasalahan banjir yang sama.
Turut hadir dalam acara tersebut Pengarah Bahgian Sumber Air dan Hidrologi Malaysia; perwakilan anggota MHS; Kepala  Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika; Kepala Badan Informasi Geospasial; perwakilan Direktur Jenderal Sumber Daya Air Kementerian PU; perwakilan Direktur Jenderal Tata Ruang, Kementerian PU; perwakilan Direktur  Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian, Kementerian Pertanian, Kementerian Pertanian; perwakilan Direktur Pengairan dan Irigasi, Bappenas; perwakilan Kepala UPT Hujan Buatan BPPT, serta perwakilan Direktur Utama PJT I dan PJT II.
1.     APCE
Kepala LIPI Prof. Dr. Lukman Hakim meresmikan gedung Asia Pacific Centre for Ecohydrology (APCE) di Cibinong Science Centre, Cibinong, Bogor, Jawa Barat, Selasa (25/3) lalu. “Adanya APCE di Indonesia merupakan bentuk kepercayaan masyarakat dunia. Sumber daya peneliti dan hasil-hasil penelitiannya menjadi catatan dunia, ” kata Lukman.
APCE merupakan pusat ekohidrologi untuk lingkup Asia Pasifik yang pembentukannya diinisasi oleh Prof. Jan Sopaheluwakan, Prof. Peter Hehanussa (alm), Prof. Gadis Sri Haryani dan Prof. Hery Harjono dari LIPI sejak tahun 1998. Keberadaan lembaga itu mendapat persetujuan untuk didirikan pada Sidang Umum United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) di Paris pada 15 Oktober 2009 silam.
Kehadiran APCE menjadikan Indonesia sebagai salah satu dari tiga negara di dunia yang memiliki pusat ekohidrologi berkategori Category II Centre dari UNESCO selain Polandia dan Portugal.
Sebagai Category II Centre, pembiayaan APCE sepenuhnya berasal dari negara pengusul, dalam hal ini LIPI melalui Kedeputian Bidang Ilmu Pengetahuan Kebumian. Sebagai bagian dari UNESCO, APCE mendapat dukungan untuk memperoleh pendanaan dari UNESCO atau lembaga internasional lainnya.
Lukman menyebutkan, hadirnya APCE membuat Indonesia tampak sebagai inisiator lembaga internasional dan hal ini penting untuk posisi Indonesia dalam hubungan internasional. Salah satu proses pembuatan peraturan internasional adalah melalui proses bottom up yang aspirasinya berasal dari peneliti, jelasnya.
Masukan dari peneliti di forum-forum ilmiah internasional, jelas Lukman, kemudian menjadi konvensi internasional. Negara-negara di dunia akan meratifikasi konvensi tadi menjadi aturan yang mengikat, paparnya.
Untuk itu, dirinya meminta agar berdirinya gedung APCE bukan menjadi capaian namun merupakan sebuah titik tolak. Gedung hanya media, substansinya ada di kepala peneliti yang membuat penelitian menjadi program yang bisa direalisasikan, bukan hanya laporan teknis, ujarnya.
Gedung dua lantai seluas 1.600 meter persegi ini, pembangunannya menelan biaya 8,3 miliar rupiah. Proses pembangunannya dimulai sejak bulan Juli 2013. Keberadaan gedung APCE sebagai pusat ekohidrologi nantinya akan melengkapi konsep ecopark di Cibinong Science Centre.