BAB 3
PENELITIAN SEJARAH DAN HISTORIOGRAFI
1. Heuristik
Heuristik adalah metode
pertama yang dilakukan dalam penelitian sejarah. Pada tahap ini, para peneliti
sejarah mencari dan
menemukan sumber-sumber
sejarah yang dibutuhkan. Sumber yang bisa digunakan terbagi menjadi
dua, yaitu:
a. Sumber primer: berasal langsung dari para pelaku
sejarah, seperti naskah, prasasti, artefak, dokumen-dokumen, foto,
bangunan, catatan harian, hasil wawancara, video, dll.
b. Sumber sekunder: sumber sekunder berasal dari pihak
yang bukan pelaku sejarah, melainkan pihak lain di luar para pelaku
sejarah (peneliti misalnya). Benda-benda yang termasuk sumber sekunder
antara lain adalah laporan penelitian, ensiklopedia, catatan lapangan peneliti,
buku, dll.
Sebagai contoh, misalnya
kamu ingin meneliti satu candi. Kamu harus mengetahui latar belakang candi
tersebut melalui laporan penelitian ataupun buku. Kemudian untuk mendapatkan
ukuran, foto, dan hal-hal lain yang aktual, kamu perlu mendapatkan data primer
sehingga kamu harus mengunjungi candi tersebut secara langsung.
Meski begitu, terdapat
beberapa tantangan yang perlu dihadapi dalam mengumpulkan sumber-sumber
sejarah, seperti;
- bahasa: bahasa yang digunakan dalam sumber sejarah
bukanlah bahasa yang dipakai saat ini, sehingga sulit dipahami. Misalnya,
Bahasa Indonesia kuno atau Bahasa Belanda kuno.
- Usia sumber sejarah: banyak sumber sejarah yang usianya sudah
tua, sehingga sangat rapuh jika disentuh/digunakan.
- Akses sumber sejarah: tidak semua orang bisa mengakses sumber
sejarah yang dibutuhkan.
- Sulit dipahami: ada beberapa catatan sejarah yang
menggunakan tulisan tangan dan terkadang sulit dipahami.
2. Kritik/Verifikasi
Setelah melakukan
heuristik, metode selanjutnya adalah kritik atau disebut juga verifikasi. Ini
adalah metode untuk autentikasi (membuktikan
sumber sejarah yang bersangkutan adalah asli) dan kredibilitas sumber sejarah. Ada dua macam kritik yang dilakukan:
a. Kritik estern
(autentisitas): kritik
terhadap keakuratan
dan keaslian sumber,
seperti materi sumber sejarah (dokumen dengan tulisannya) dan para pelaku
sejarahnya. Aspek yang dikaji adalah waktu (penanggalan), bahan pembuat sumber, dan pembuktian
keaslian.
b. Kritik intern
(kredibilitas): kritik
terhadap kredibilitas sumber. Artinya, peneliti perlu menguji isi (konten)
sumber, baik secara kebendaan maupun tulisan. Kritik intern yang dapat
dilakukan misalnya;
- melihat usia informan.
Semakin tua usianya, umumnya daya ingat dan kemampuan panca inderanya sudah
berkurang.
- Menganalisis peran
informan dalam peristiwa sejarah yang sedang diteliti.
- Melakukan cek silang
antara informan satu dengan informan lainnya.
3.
Interpretasi/Eksplanasi
Metode penelitian sejarah
yang ketiga adalah interpretasi. Di sini peneliti melakukan penafsiran akan
makna atas fakta-fakta yang ada serta hubungan antara berbagai fakta yang harus
dilandasi oleh sikap objektif. Kalaupun membutuhkan sikap subjektif, haruslah
subjektif rasional. Rekonstruksi peristiwa sejarah disampaikan secara
deskriptif dan harus menghasilkan sejarah yang benar atau mendekati kebenaran.
Ada dua cara melakukan interpretasi, yaitu analisis (menguraikan) dan sintesis (menyatukan).
Pada metode ketiga ini,
peneliti dituntut untuk berimajinasi yang terbatas. Batasan di sini
adalah fakta-fakta sejarah yang ada tidak boleh menyimpang.
Selain itu peneliti harus sangat berhati-hati karena di sini sangat rentan bagi
peneliti untuk memasukkan sisi subjektifnya.
4. Historiografi/Penulisan Sejarah
Metode terakhir adalah
historiografi. Penulisan sejarah merupakan upaya peneliti sejarah dalam
melakukan rekonstruksi sumber-sumber yang telah ditemukan, diseleksi, dan
dikritisi. Pada tahap ini, peneliti perlu memperhatikan beberapa kaidah
penulisan, seperti;
- bahasa dan format
penulisan yang digunakan harus baik dan benar menurut tata bahasa.
- Memperhatikan
konsistensi, misalnya penggunaan tanda baca, penggunaan istilah, dan rujukan
sumber.
- Istilah dan kata-kata
tertentu harus digunakan sesuai konteks permasalahannya
0 Komentar