Bab 1. Konsep Berpikir dalam Sejarah
Konsep
Berpikir Kronologis
Secara sempit, kronologi bisa diartikan
sebagai urutan waktu kejadian. Untuk itu, konsep berpikir kronologis menuntut
kita untuk bisa berpikir secara runtut, teratur, sesuai dengan urutan waktu dan
tidak melompat-lompat atau berbalik (anakronis).
Dengan konsep berpikir kronologis, sejarah
bisa memberikan gambaran utuh suatu peristiwa sesuai dengan urutan waktu
kejadian. Dengan kata lain, kronologi bisa membantu merekonstruksi kembali
suatu peristiwa bersejarah sesuai dengan urutan waktunya.
Nah, dalam kehidupan sehari-hari, konsep
berpikir kronologis ini sangat dibutuhkan untuk memecahkan masalah. Kalau kamu
enggak berpikir secara runtut dan berkesinambungan, tentu saja kamu enggak bisa
memecahkan masalah atau menemukan solusi yang tepat.
Konsep
Berpikir Periodisasi
Periodisasi adalah pembabakan waktu yang
merupakan salah satu bentuk penulisan sejarah guna memahami rangkaian peristiwa
sejarah. Catatan periodisasi sifatnya subjektif (tergantung terhadap tulisan
sejarawan) dalam kerangka penulisannya.
Menurut Prof. Dr. Sartono Kartodirdjo,
periodisasi dibuat berdasarkan derajat integrasi yang pernah dicapai Indonesia
pada masa lalu dan dipengaruhi oleh faktor ekonomi yang memengaruhi perkembangan
budaya, kultur, politik, dan sosial di Indonesia, sehingga kita bisa membuat
periodisasi yang bisa dibedakan jadi 2, yaitu pengaruh Hindu dan pengaruh
Islam.
Biar kamu enggak bingung, berikut ini
merupakan contoh periodisasi sejarah Indonesia menurut beberapa tokoh.
- Prof.
Dr. Sartono Kartodirdjo
- Prasejarah
- Zaman Kuno
- 1) Masa kerajaan-kerajaan
tertua.
- 2) Masa Sriwijaya (dari abad
VII – XIII atau XIV).
- 3) Masa Majapahit (dari abad
XIV – XV).
- Zaman Baru
- 1) Masa Aceh, Mataram, Makassar/Ternate/Tidore
(sejak abad XVI).
- 2) Masa perlawanan terhadap
Imperialisme Barat (abad XIX).
- 3) Masa pergerakan nasional
(abad XX).
- Masa Republik Indonesia (sejak tahun
1945)
- Mohammad
Yamin
1.
- Zaman Prasejarah sampai tahun 0.
- Zaman Protosejarah, tahun 0 sampai
abad ke-4.
- Zaman Nasional, dari tahun abad ke-4
sampai abad ke-6.
- Zaman Internasional, yaitu abad
ke-16 sampai kira-kira tahun 1900.
- Abad Proklamasi mulai kira-kira
tahun 1900.
- H.J. de
Graaf
Dalam
buku yang berjudul Geschiedenis van Indonesia tahun 1949, H.J.
de Graaf menuliskan periodisasi sejarah Indonesia sebagai berikut.
§
- Orang Indonesia dan Asia Tenggara
(sampai 1650) yang meliputi:
- 1) Zaman Hindu;
- 2) Zaman penyiaran Islam dan berdirinya kerajaan Islam.
- Bangsa Barat di Indonesia
(1511-1800).
- Orang Indonesia pada zaman VOC
(1600-1800).
- Organisasi VOC di luar Indonesia.
- Orang Indonesia dalam lingkungan
Hindia Belanda (sesudah 1800) diakhiri dengan pemerintahan Ratu
Wilhelmina.
Konsep
Berpikir Diakronis
Diakronis secara etimologis berasal dari
bahasa Yunani, yakni dia dan khronos. Dia punya
arti ‘melewati’ atau ‘melintas’, sedangkan khronos artinya
‘perjalanan waktu’. Dengan begitu, kita bisa mendefinisikan diakronis sebagai
peristiwa yang dalam prosesnya melewati perjalanan waktu karena subjek dalam
sejarah berhubungan dengan segala sesuatu dalam sudut pandang waktu.
Dalam konsep berpikir sejarah, diakronis
punya makna terhadap suatu peristiwa dengan cara penelusuran di masa lalu.
Sebuah peristiwa sejarah tidak berdiri sendiri, tapi pasti dibarengi dengan
peristiwa sebelumnya atau yang kita kenal dengan sifat kausalitas
(sebab-akibat). Jadi, pola berpikir diakronis sangat mementingkan proses
terjadi sebuah peristiwa.
Melalui pendekatan diakronis, sejarawan
bertujuan untuk menganalisis dampak perubahan variabel pada sesuatu hingga
memungkinkan penyebab sebuah peristiwa yang lahir dari peristiwa sebelumnya
untuk ditafsirkan. Misalnya, dalam menjelaskan peristiwa menjelang Sumpah
Pemuda, Oktober 1928, harus dijelaskan pula peristiwa-peristiwa yang jadi latar
belakangnya.
Konsep
Berpikir Sinkronis
Konsep berpikir yang satu ini ialah
memahami sebuah peristiwa dengan mengabaikan aspek perkembangannya dan lebih
memperluas ruang dalam peristiwa tersebut. Cara berpikir sinkronis sangat
memengaruhi kelahiran sejarah baru yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu-ilmu
sosial. Pengaruh ini bisa digolongkan dalam 3 jenis, yakni konsep, teori, dan
permasalahan.
Contoh konsep berpikir sinkronis ialah
pada Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 yang dijelaskan dengan
menggunakan aspek sosial, ekonomi, dan politik. Jadi, dalam mempelajari
sejarah, konsep berpikir sinkronis lebih meneliti kepada gejala-gejala yang
meluas pada ruang, tapi dalam waktu yang terbatas.
0 Komentar